Selain faktor politik dan ekonomi, dalam kedua kasus ini, kedua negara tersebut telah mengembangkan alternatif minuman ringan lokal yang lebih disukai oleh penduduknya.
Di Korea Utara, minuman ringan seperti Taedonggang dan minuman beralkohol seperti Soju lebih populer di kalangan penduduk.
Sementara di Kuba, minuman ringan lokal seperti "Tukola" dan "Cachito" telah menjadi alternatif bagi penduduk Kuba.
Minuman-minuman ini terproduksi secara lokal dan telah menjadi bagian dari budaya konsumsi Kuba, menggantikan kehadiran Coca Cola.
Hubungan Diplomatik dan Bisnis
Selain alasan-alasan di atas, hubungan diplomatik antara dua negara dengan Coca Cola Company juga dapat mempengaruhi ketersediaan produk tersebut.
Pada saat ini, Coca Cola Company tidak memiliki hubungan bisnis yang terbuka dengan pemerintah Korea Utara atau Kuba.
Hal ini dapat menjadi hambatan dalam membawa Coca Cola secara resmi ke pasar di kedua negara tersebut.
BACA JUGA: Keunikan Desa Tuli Bisu di Buleleng Bali yang Telah Diakui UNESCO, Apa Saja yang Jadi Daya Tariknya?
Kesimpulan
Mengapa tidak ada Coca Cola di Korea Utara dan Kuba adalah karena kombinasi dari faktor politik, ekonomi, dan bisnis.
Ideologi dan isolasi politik di Korea Utara serta sanksi ekonomi yang terberlakukan oleh AS terhadap Kuba telah mempengaruhi keputusan untuk tidak mengizinkan Coca Cola masuk secara resmi di negara-negara tersebut.
Selain itu, adanya minuman ringan lokal yang menjadi pilihan populer bagi penduduk juga turut berperan dalam ketiadaan Coca Cola di kedua negara ini.***