Sayangnya, tidak ada penerus generasi ketiga setelah Tan Shin Tjo dan Eddy. Sebabnya, anak-anak Eddy sudah punya pekerjaan sendiri dan bisa menghidupi diri sendiri. Eddy sendiri tidak memaksakan harus ada yang mewarisi barbershop-nya.
Padahal, Shin Hua menjadi jejak sejarah keluarga. Barang-barang di dalam barbershop itu sebagian warisan ayah Eddy. Beliau mendatangkannya dari Tionghoa. Termasuk kursi-kursi penunggu, gunting, dan peralatan cukur rambut.
Tetapi, bagi Eddy, orang hidup itu pasti meninggalkan sesuatu. Shin Hua pun akan tutup jika harus berhenti suatu saat. Sekarang, barbershop itu sudah tidak beroperasi lagi.
Shin Hua adalah rumah bagi Eddy, tempat tinggalnya dari kecil hingga besar. Arti barbershop ini baginya adalah hidupnya, sejak pertama kali diwariskan oleh ayahnya.
Begitulah sejarah barbershop tertua di Indonesia. Meskipun sudah tidak berjalan sebagai barbershop lagi, kenangan dan sejarah Shin Hua masih tersimpan di gedungnya yang masih berdiri satu abad lebih lamanya.***