radartegal.disway.id – Bali memiliki banyak desa unik, salah satunya keunikan desa tuli bisu yang berada di kabupaten Buleleng. Mengapa disebut tuli bisu? Sebab mayoritas warganya merupakan tunawicara atau tunarungu.
Desa tuli bisu di Buleleng ini memiliki keunikan sebab sebagian besar warga desa menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Meski begitu, mereka merupakan orang-orang yang berjiwa seni tinggi.
Berikut ini keunikan desa tuli bisu di Buleleng, Bali, yang jarang diketahui publik. Bahkan, desa ini telah diakui oleh UNESCO, lho!
Keunikan warga desa tuli bisu di Buleleng
Desa Bengkala adalah salah satu desa unik yang ada di Bali, tepatnya di kecamatan Kubutambahan, Buleleng.
Desa ini dihuni ribuan penduduk yang memiliki beragam keunikan, seperti adanya warga yang menyandang penyandang tunawicara.
BACA JUGA:Keunikan Desa Jalawastu Brebes: Menelusuri Kampung Jalawastu dan Pantangan-Pantangannya
Meskipun kreativitas dan semangat para warga Desa Bengkala untuk maju dan berkarya tidak kalah dengan yang lain.
Memang sebagian besar warga desa adalah penyandang tunarungu dan tunawicara, namun mereka mampu menghasilkan barang-barang bernilai seni dan berharga.
Ada komunitas kolok
Keunikan desa tuli bisu di Buleleng ini yaitu adanya komunitas khusus, yang disebut sebagai komunitas kolok. Dalam bahasa lokal, tunarungu dan tunawicara disebut dengan kolok.
Maka dari itu, desa Bengkala disebut juga Desa Kolok oleh masyarakat setempat. Sehari-hari mereka saling berkomunikasi dengan bahasa isyarat.
Menariknya lagi, bahasa isyarat yang mereka gunakan dalam komunitas kolok memiliki keistimewaan tersendiri. Sebab, berbeda dengan bahasa isyarat di komunitas masyarakat lainnya.
Komunitas Kolok ini menggunakan sign lokal, yang berasal dari bahasa ibu yang berbeda dengan sign dari Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) atau ISL (International Sign Language).
Keunggulan warga kolok