Kelemahan buku keuangan sebelumnya ditutupi dengan penukangan buku keuangan yang baru. Kalau tidak melakukan itu maka buku direksi yang baru tidak akan kunjung baik. Rapornya akan jelek.
Apalagi kalau direksi baru itu bukan saja tidak mampu menutupi lubang lama. Tapi justru hanya bisa membuat lubang baru. Yang lebih dalam.
Maka pekerjaan setiap direksi hanya menutup lubang lama. Sambil membuat lubang baru yang lebih dalam.
Tidak semua BUMN begitu. Banyak yang tidak begitu.
Menjadi menteri lima tahun –apalagi hanya tiga tahun seperti saya– apa yang bisa dilakukan?
Kuncinya tinggal satu: memilih orang yang benar. Dengan risiko, ketika memilih 10 orang benar ternyata yang benar-benar baik hanya 8 orang. Ada saja orang hebat seperti Satar. Saya menyesal tidak mendengarkan bisikan istri saya: hati-hati dengan orang itu. Padahal dia membisikkannya tidak hanya satu kali. Kadang-kadang bisikan istri harus didengar –istri punya indra yang berbeda.
Persoalan menutup lubang lama, lalu membuat lubang baru yang lebih dalam itu, kini menjadi lebih dramatis: ketika terjadi pandemi Covid-19. Ketika pendapatan Garuda menurun –anjlok– tinggal 10 persen. Siapa pun pusing menghadapi persoalan Garuda sekarang ini.
Saya pun tidak punya kemampuan usul apa-apa –kecuali ini: direksi Garuda tidak perlu malu ke PKPU. Garuda akan lebih sehat nanti. Operasional Garuda akan lancar kembali.
Kalau malu datang ke PKPU mintalah komisaris untuk mendampingi. Orang seperti Yenny Wahid akan mau. Toh selama jadi komisaris, Mbak Yenny hanya lebih banyak dapat bully daripada dapat gaji. Begitu diangkat jadi komisaris hanya terima 50 persen gaji. Lalu, ketika Garuda kian sulit, dia minta tidak usah digaji.
Jangan minta uang ke pemerintah. Jangan. Pemerintah sudah sangat sulit.
Tanggalkan gengsi dan malu. Pergilah ke PKPU. Jangan tunggu pemberi utang yang ke PKPU. Mereka tidak akan mau ke PKPU.
Pakailah masker rangkap lima ketika datang ke PKPU –untuk mengurangi rasa malu dan gengsi yang tinggi. Gengsi tidak akan bisa menyelamatkan siapa-siapa.
Dulu, tidak pernah cukup alasan membawa Garuda ke PKPU. Tidak pernah terjadi, pendapatan merosot sampai 90 persen seperti sekarang. Mumpung ada pandemi. Siapa pun bisa menerima alasan itu. (*)