Oleh karena itu, kadang kala ada persyaratan jumlah bacaan dalam sebuah tulisan. Misalnya untuk skripsi minimal daftar pustakanya 41 judul buku, dua judul artikel dari jurnal internasional, dan 5 judul artikel dari jurnal nasional.
Untuk tesis dan disertasi persyaratannya lebih banyak lagi. Banyak mahasiswa yang gagal lulus karena tidak bisa memenuhi persyaratan itu.
Berdiskusi dengan Orang lain
Dalam kasus karya tulis mahasiswa, berdiskusi dengan orang lain bisa berupa bimbingan dari dosen. Setiap mahasiswa, dalam menulis karya tulis selalu dibimbing seorang dosen.
Menulis skripsi pada umumnya dibimbing oleh dua orang dosen pembimbing. Begitu juga ketika menulis disertasi, seorang mahasiswa dibimbing oleh dua orang pembimbing. Tetapi ketika menulis disertasi, seorang mahasiswa akan dibimbing oleh tiga orang pembimbing, yaitu promotor I, promotor II, dan promotor III.
Di dalam proses bimbingan antara mahasiswa dengan dosen pembimbingnya melakukan diskusi yang pada umumnya berupa masukan dari dosen pembimbing.
Banyak mahasiswa yang gagal lulus karena tidak bisa melakukan diskusi dengan baik. Artinya saran dan masukan dari pembimbing diabaikan begitu saja. Faktor penyebabnya bisa karena kurang bacaan, karena masukan dosen pembimbing biasanya berkaitan dengan bacaan.
Menjawab Pertanyaan Orang Lain
Menjawab pertanyaan dari orang lain, dalam kasus karya tulis mahasiswa, skripsi misalnya, bisa berupa ketika mahasiswa melakukan ujian. Dalam ujian skripsi, tesis, disertasi, mahasiswa mempertanggungjawabkan apa yang telah ditulisnya.
Mahasiswa akan dapat menjawab pertanyaan penguji dengan baik apabila yang ditulisnya itu diketahuinya, dikuasanya. Dia akan mengetahui jika data yang dikumpulkan itu dikuasainya karena membaca sendiri.
Tetapi sebaliknya, jika data yang digunakan untuk menulis itu dengkulan, atau hanya pesanan dari orang lain, maka dia tidak akan bisa mempertanggungjawabkannya dengan baik. Dan dia akan tidak lulus jika tidak bisa mempertanggungjawabkan apa yang ditulis. Jadi persoalan banyak membaca akan menjadi sangat penting.
Peka terhadap Lingkungan
Seorang penulis harus peka lingkungan. Karena apa yang ditulis harus menarik perhatian. Juga aktual. Topik yang aktual akan diperoleh jika dan hanya jika penulisnya pekam terhadap lingkungan.
Rupa peka terhadap lingkungan itu bisa selalu mengikuti berita koran, tulisan-tulisan yang dimuat di jurnal, mengikuti berita-berita tv, dan lain sebagainya. Aklhirnya peka terhadap lingkungan juga berupa suka membaca. Baik membaca tulisan maupun membaca keadaan.
Sampai di sini bisa disimpulkann bahwa menulis itu membaca. Belajar menulis bisa dilakukan dengan cara banyak membaca.
Karena dengan membaca penulis mempunyai bahan. Menulis adalah membaca. Dengan banyak membaca penulis akan mendapatkan ide dan mendapatkan banyak cara.