Oleh: Dahlan Iskan
SAYA hafal sekali tempat meledaknya bom di Hari Natal kemarin itu. Bom itu ditaruh di dalam mobil ukuran besar sekali. Yakni mobil rekreasi. Atau juga disebut mobil rumah. Yang di dalam mobil itu ada kamar, sofa, dan dapurnya.
Mobil bom itu diparkir di pinggir Jalan Second Avenue, di pusat kota Nashville. Kota Nashville dikenal sebagai ''ibu kota"-nya musik country di Amerika Serikat.
Saya beberapa kali bermalam di kota turis ini. Dan mengunjungi bar-barnya. Untuk mendengarkan live music country di sepanjang jalan di pusat kota itu.
Saya juga sering masuk toko-toko pakaian dan aksesori cowboy yang berderet di kota itu –sekadar untuk melihat-lihat.
Malam Natal itu, lewat tengah alam, mobil besar itu parkir di Second Avenue. Di dekat gedung tinggi yang menjadi ikon Nashville: Gedung AT&T. Menjelang fajar, mobil itu meledak.
Tampaknya bom besar itu meledak sebagai bom bunuh diri. Polisi menemukan satu serpihan, kecil sekali, yang kelihatannya cuilan tubuh manusia.
Siapa orang itu awalnya sangat misterius. Identitas jelasnya baru terungkap 80 jam setelahnya.
Tapi yang jelas, orang yang meledakkan bom itu sungguh begitu baik hatinya.
Ia lebih dulu merekam suara. Yang kemudian disetel di speaker mobil besar itu. Isinya: peringatan bahwa mobil itu akan meledak. Dalam 15 menit.
"Larilah menjauh, selamatkan diri Anda," kata rekaman di speaker itu.
Suara itu suara seorang wanita.
"Ada bom di dalam mobil ini," ujar rekaman itu lagi. "Akan meledak dalam waktu 15 menit".
Suara dari rekaman itu cukup keras. Kedengaran dari jarak puluhan meter. Rupanya speaker itu disetel dengan volume terkeras. Apalagi pintu-pintu mobil terbuka. Suara peringatan itu menjadi lebih jelas terdengar.
Kalau saja si pemilik bom tidak baik hati alangkah banyaknya korban jiwa.