Ikonik tapi Tugu Jogja Punya Mitos Populer yang Masih Dipercaya

Ikonik tapi Tugu Jogja Punya Mitos Populer yang Masih Dipercaya

5 mitos populer Tugu Jogja yang masih dipercaya-freepik-

Radartegal.com – Tugu Jogja menyimpan sejumlah mitos populer yang sampai sekarang masih banyak dipercaya. Terutama masyarakat lokal bahkan beberapa dipercaya oleh kalangan wisatawan.

Mitos populer Tugu Jogja ini tak lepas dari kaitannya dengan nilai-nilai mistis dan spiritual. Termasuk dengan kepercayaan yang ada sejak jaman kerajaan dulu.

Sederet mitos populer soal Tugu Jogja ini menarik untuk sama-sama diketahui. Pasalnya, sebagaimana yang diketahui, tugu ini begitu ikonik dan jadi identitas yang khas tentang Yogyakarta.

Untuk itu simak 5 mitos populer seputar Tugu Jogja yang masih banyak dipercaya sampai saat ini. Salah satunya konon merupakan alat spiritual raja jaman dulu!

BACA JUGA: Pasar Ngasem Jogja, Surga Kuliner Tradisional dan Suvenir Murah Dekat Keraton Yogyakarta

BACA JUGA: Pantai Cemara Sewu Jogja, Spot Instagramable di Tengah Teduhnya Hutan Cemara

5 mitos populer Tugu Jogja yang masih dipercaya

Tugu Jogja merupakan monumen bersejarah yang pasti sudah diketahui banyak orang. Namun, lebih dari sekedar monumen, tugu ini menyimpan kepercayaan unik seperti :

1. Mitos 'Pasti Kembali ke Jogja'

Kepercayaan seputar Tugu Jogja paling terkenal di kalangan wisatawan, yaitu konon jika berfoto dengan latar belakang Tugu Jogja, akan selalu dirindukan oleh kota ini. Dipercaya suatu saat pasti akan kembali lagi ke Yogyakarta.

2. Penghubung Tiga Tempat Keramat (Garis Imajiner)

Masyarakat setempat percaya bahwa Tugu Jogja memiliki nilai magis, yang merupakan penghubung dari garis imajiner yang sangat penting. Garis ini membentang lurus menghubungkan 3 titik krusial di Yogyakarta, yaitu Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Pantai Parangtritis (Laut Selatan). Tugu inilah yang jadi titik tengah yang melambangkan kesatuan.

3. Tugu Sebagai Simbol Kekuatan Spiritual Raja

Mitos populer Tugu Jogja lainnya yaitu berkaitan dengan spiritual raja. Secara sejarah, tugu ini bentuk awalnya yaitu Golong Gilig. 

BACA JUGA: Menjelajah Kuliner Malam Jogja, 10 Warung & Restoran yang Turunkan Lapar Tengah Malam

BACA JUGA: Jangan Ngaku ke Jogja Kalau Belum Coba 5 Kuliner Legendaris di Malioboro Ini!

"Golong" (bola pejal) sementara "Gilig" (silinder) melambangkan persatuan (manunggaling kawula gusti) antara Raja (Sultan) dan rakyatnya. Dipercaya, tugu ini menjadi penanda bagi Sri Sultan Hamengkubuwono I saat bermeditasi. 

Dari Keraton, Sultan dapat melihat puncak Tugu dan memfokuskan pandangan ke puncak Gunung Merapi, yang dipercaya sebagai tempat berkumpulnya kekuatan spiritual. Jadi, Tugu adalah alat bantu spiritual bagi Raja.

4. Perubahan Bentuk Sebagai Simbol Perpecahan (Masa Kolonial)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: