Bergaya Miring di Pegunungan, Safety Riding Astra Jateng Ingatkan Batas-batasnya

Bergaya Miring di Pegunungan, Safety Riding Astra Jateng Ingatkan Batas-batasnya

PAHAM BATAS- Jalan di pegunungan memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari jalan datar, dan ini menuntut adaptasi kecepatan yang signifikan. Di sini pentingnya memahami batas kecepatan di pegunungan.-Istimewa-

radartegal.com – Mengendarai motor dengan gaya miring di pegunungan menjadi salah satu keahlian berkendara yang mungkin tidak dimiliki semua orang. Selain harus dilakukan dengan hati-hati, faktor keamanan berkendara tentu menjadi hal yang mutlak diperhatikan.

Bagi warga Jawa Tengah, pemandangan pegunungan yang indah, menciptakan jalur riding yang sangat menantang dan memuaskan. Rute seperti Dieng, lereng Merapi-Merbabu, atau jalur ke arah selatan seperti Cilacap-Pangandaran via pegunungan sering menjadi favorit.

Namun, keindahan ini datang dengan tantangan serius. Tikungan curam, tanjakan-turunan ekstrem, dan permukaan jalan yang sering berubah.

“Riding di pegunungan adalah ujian sesungguhnya dari kematangan seorang pengendara. Pegunungan Jateng bukan sirkuit, dan nyawa jauh lebih berharga daripada sensasi rebah maksimal. Ingatlah selalu, riding yang smart adalah riding yang kembali utuh sampai di rumah,” pesan Oke Desiyanto Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jateng.

BACA JUGA: Kenali Tanda Busi Motor Minta Ganti, Berikut Saran Tim Safety Riding Astra Motor Jateng

BACA JUGA: Tips Safety Riding saat Musim Hujan, Ini 7 Item Bikers yang Wajib Disiapkan

Banyak pengendara, terutama yang terinspirasi gaya balap, tergoda untuk mencoba teknik 'gaya miring' (cornering) dengan kecepatan tinggi. Menguasai teknik tikungan pegunungan bukan tentang seberapa miring atau rebah, tetapi tentang mengelola kecepatan dan pengereman dengan cerdas dan aman. 

Jalan di pegunungan memiliki karakteristik yang sangat berbeda dari jalan datar, dan ini menuntut adaptasi kecepatan yang signifikan. Di sini pentingnya memahami batas kecepatan di pegunungan.

Tikungan di perbukitan umumnya bersifat buta (blind corner). Kita tidak bisa melihat apa yang ada di balik tikungan (kendaraan dari arah berlawanan, kerikil, atau satwa liar).

Aturan emas yaitu selalu gunakan prinsip Slow In, Fast Out. Kurangi kecepatan sebelum masuk tikungan untuk memastikan kita dapat melihat seluruh panjang tikungan.

Kecepatan yang ideal adalah kecepatan di mana kita mampu berhenti total jika tiba-tiba ada bahaya di depan. Permukaan jalan di pegunungan rentan terhadap kerikil, pasir, tanah licin, tumpahan oli, atau lumpur.

Dan berbelok rebah (miring) kecepatan tinggi dipermukaan tersebut, dipastikan 99% akan berakhir dengan tergelincir (low side). Tikungan di pegunungan seringkali memiliki kemiringan ke dalam atau ke luar (camber) yang tidak terduga, sangat memengaruhi traksi ban. 

Selain kecepatan, pengereman adalah kunci keselamatan mutlak di jalur berbukit. Kegagalan mengelola pengereman di turunan tajam adalah penyebab utama kecelakaan fatal di daerah pegunungan. Pengereman saat motor sedang miring di tengah tikungan akan menyebabkan motor tegak kembali (stand up effect). Ini membuat motor keluar jalur dan berpotensi menabrak lawan arah atau pembatas jalan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: