Masuk Musim Kemarau, Volume Air di Waduk Malahayu Brebes Hanya Tinggal 43 Persen

Masuk Musim Kemarau, Volume Air di Waduk Malahayu Brebes Hanya Tinggal 43 Persen

Sudah masuk musim kemarau, sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Brebe sudah ada yang mengalami kekeringan. (Istimewa)--

BREBES, radartegal.id -  Memasuki musim kemarau, sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Brebe sudah ada yang mengalami kekeringan. Salah satunya di wilayah Brebes barat.

Bahkan lahan pertanian di wilayah Brebes barat yakni di Kecamatan Tanjung ada beberapa lahan pertanian yang mengandalkan air hujan saja. Sehingga, saat musim kemarau seperti ini sudah banyak lahan yang tidak diolah oleh petani.

 

Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan air saat musim kemarau Waduk Malahayu kembali dialirkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi, palawija, dan tebu di empat kecamatan. Seperti Kecamatan Banjarharjo, Kersana, Ketanggungan, dan sebagian Tanjung.   

 

Namun,  kondisi Waduk Malahayu yang terus tergerus sedimentasi, membuat kinerja waduk yang dibangun pada 1934 ini tidak optimal.  Saat ini, volume air di waduk  hanya mencapai 13 juta meter kubik, atau 43% dari volume normalnya yang mencapai 31 juta meter kubik. 

 

BACA JUGA: GAWAT! Debit Air Waduk Cacaban Turun Drastis, Puso Ancam Petani Padi Kabupaten Tegal 

 

BACA JUGA: Sebulan Tak Turun Hujan, Lahan Tanaman Cabai Rawit di Brebes Kekeringan dan Terancam Gagal Panen

 

"Tinggi permukaan air waduk juga turun 3 meter dari batas limpahan air," ujar Ruskamto, Koordinator Bendungan Waduk Malahayu dari BBWS Cimanuk-Cisanggarung kepada awak media, Selasa 13 Agustus 2024.

 

Dalam pengalrian air dari Waduk Malahayu dilakukan sistem jadwal. Yakni, lima hari dibuka untuk pengairan, dan tiga hari ditutup.

 

Dengan kondisi sedimentasi di waduk tersebut yang semakin tinggi, menjadi salah satu permasalahan saat ini. Sehingga, volume air yang dapat ditampung terus berkurang akibat material sedimen yang menumpuk.   

 

"Pada tahun 2009, waduk ini masih memiliki volume hingga 38 juta meter kubik. Akibat sedimentasi, volume air di waduk dalam kondisi normal hanya mencapai 32 juta meter kubik saja," jelasnya. 

 

BACA JUGA: Sempat Kekeringan, 450 Hektar Tanaman Bawang Merah Alami Gagal Panen

 

BACA JUGA: 5 Daerah Kekeringan Terparah di Jateng, 76 Juta Liter Air Bersih Sudah Disalurkan untuk Warga

 

Alih fungsi lahan di daerah hulu membuat sejumlah sungai yang mengalir ke Waduk Malahayu menjadi penyebab utama sedimentasi. Sehingga, alih fungsi ini  mengurangi kemampuan tanaman untuk menahan tanah saat tergerus oleh air hujan.

 

Akibatnya, tanah luruh ke sungai dan menjadi sedimen. Selain itu, debit air dari anak sungai yang masuk ke waduk juga mengalami penurunan.

 

Guna menunjang dan menyelamatkan tanaman yang bergantung pada Waduk Malahayu, pihak BBWS Cimanuk Cisanggarung berupaya mengelola debit air yang ada secara optimal.

 

"Kita atur yang sekarang kita rilis 3 meter kubik per detik, nanti kita lihat kondisi nanti bisa kurangi, dan dibagi. Sehingga harapannya pertanian tanaman padi masih bisa diselamatkan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: