Kemenkes Akui Perundungan di Lingkungan Pendidikan Kesehatan Terjadi Sudah Puluhan Tahun
Tangkapan Layar-Instagram.com/Kemenkes_ri-
"Bullying utama adalah kemenkes yg tidak bisa menciptakan siatem yg baik, sehingga PPDS tenaga kerja gratisan yg bekerja overtime, ga sanggup lagi cari belanja buat hidup keluarga," tulisnya.
"Setuju no bullying, bedakan dengan disiplin dan tanggung jawab dalam konteks akademis, tidak boleh ada hal paksaan bullying diluar hal akademis kadang kita jaga malam selang sehari kurang tidur,tanpa tunjangan hidup dan lindungan asuransi profesi dan diri bisa menjadi hal yg menakutkan apakah ini disediakan oleh kemnkes, Bagaimpana dengan kemenkes sendiri apakah tidak membully nakes dan namednya, uang BHH yg tidak turun, dokter konsulen yg dipaksa utk jadi DPJP sebanyak mungkin dihubungkan dengan jabfungnya, kapan ada waktu buat ppdsnya?, dipaksa kerja hasilkan uang dirs vertikal ini menambah stress dokter konsulennya,harusnya guru dibuat nyaman agar bisa mendidik dengan baik, zero bullying harus dimulai dari kemenkes dengan memperlakukan nakes dan named dengan sejahtera, itu korban ppds sudah memgundurkan diri dari undip, stress karena harus mengembalikan beasiswanya yg ratusan juta jumlahnya?, harusnya seperti di beberapa negara spt jerman peserta didik jikq memang tidak sesuai spesialisasi/ilmu nya dapat berpindah ke bagian lain tanpa harus didenda,#zero bullying harus dimulai dari kemenkes#teladan sangat penting#menkes terburuk dalam sejarah negeri," tulis netizen lainnya menyinggung kasus kematian dokter Aulia Risma Lestari yang diduga bunuh diri karena tidak kuat menjadi korban perundungan di lingkungan pendidikan kesehatan.
Kasus dugaan bullying dokter yang berujung pada kematian dokter muda RSUD Kardinah Kota Tegal Aulia Risma Lestari berbuntut panjang. Terungkap jika ada hampir 1500 aduan bullying dokter yang masuk ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
Hal ini seperti dikatakan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Azhar Jaya. Menurutnya, pihaknya telah menerima hampir 1.500 aduan bullying dokter.
Namun, Azhar menegaskan bahwa nama-nama dokter yang terungkap di media sosial dan viral disebut pelaku bullying tidak seluruhnya benar.
"Jadi banyak. Tapi sekali lagi, tidak bisa semua berita media sosial kita anggap itu betul semua. Yang bukti-buktinya nyata, itu yang kita tindak lanjuti," lanjut Azhar.
"Jadi Kemenkes itu terima hampir 1.500 laporan tentang bullying," ungkap Azhar di kawasan Kuningan, Jakarta, 19 Agustus 2024.
Meski begitu, hasil penelusuran mengungkap bahwa 70 persen dari seluruh aduan bullying dokter tidak bisa dikategorikan sebagai bullying. Sedangkan 30 persen lainnya termasuk bullying yang akhirnya ditindaklanjuti.
"Setelah kami dalami, 70 persen bukan bullying. Tapi betul, 30 persen itu bullying. Nah, ini yang 30 persen ini yang kita tindaklanjuti," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: