Pupuk Bersubsidi Menjadi Barang Langka di Kabupaten Tegal, Kartu Tani Dinilai Produk Gagal!

Pupuk Bersubsidi Menjadi Barang Langka di Kabupaten Tegal, Kartu Tani Dinilai Produk Gagal!

RAPAT - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal dari Fraksi Gerindra Rudi Indrayani menilai kelangkaan pupuk bersubsidi menjadi bukti kegagalan Kartu Tani. -YERI NOVELI-radartegal.disway.id

RADAR TEGAL- Pupuk bersubsidi saat ini menjadi barang langka di Kabupaten Tegal. Karenanya, Kartu Tani lalu dinilai tidak sukses. 

Kartu yang dibagikan pemerintah sejak 2017 itu bahkan dianggap sebagai produk gagal karena hal ini. Padahal, kartu tersebut berfungsi untuk membeli pupuk bersubsidi itu.

Hal ini seperti dikatakan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tegal Rudi Indrayani, Selasa 28 November 2023.

"Kalau saya menilai, Kartu Tani adalah produk gagal. Tidak berfungsi maksimal," kata Rudi. 

BACA JUGA:Pasrah! Pupuk yang Diduga Palsu Berisi Tanah, Petani di Banyumas Tetap Taburkan ke Tanaman

Dia mengungkapkan, kegagalan program Kartu Tani untuk penyaluran pupuk bersubsidi itu tidak hanya di Kabupaten Tegal. Namun juga di daerah lain di Jawa Tengah juga sama.

Termasuk di Kabupaten Batang dan Wonogiri yang semula dijadikan sebagai pilot project Kartu Tani, juga mengalami kegagalan dalam penyaluran pupuk bersubsidi.

"Jadi pertama ada program Kartu Tani itu, saya memang sudah tidak setuju. Saya yang paling menentang soal program Kartu Tani," cetusnya.

Menurut pentolan Partai Gerindra Kabupaten Tegal ini, kondisi petani sangat memprihatinkan. Mereka sebenarnya ingin menyukseskan program swasembada pangan nasional.

BACA JUGA:Geger! Pupuk Palsu Diduga Beredar di Banyumas, Warga: Kaget Saya

Akan tetapi, mereka tidak ditunjang dengan kebijakan pemerintah yang propetani. Selain harga pupuk bersubsidi yang tidak wajar, banyak petani atau penggarap yang tidak memiliki Kartu Tani.

Karena biasanya, pemilik lahan (sawah) disewakan kepada penggarap. Sehingga penggarap tidak terdaftar dalam RDKK dan tidak mendapatkan jatah pupuk bersubsidi melalui Kartu Tani.

Kendati demikian, penggarap tetap membeli pupuk dengan harga nonsubsidi.

"Tapi pupuknya justru tidak ada. Kan aneh," tegasnya.

Sumber: