Digelar di Solo, Festival Payung Indonesia Masuk dalam Kalender SPORTIVE 2023-Kemenparekraf RI
BERSIAP - Salah satu peserta sedang bersiap untuk mengikuti Festival Payung Indonesia (FESPIN) di di Solo, Jawa Tengah, 8 hingga 10 September 2023.-Istimewa-radartegal.disway.id
Penulis tersebut di antaranya Sujiwo Tedjo, Eka Budianta, Joko Pinurbo, dan K.H. Ahmad Mustofa Bisri.
Public Relation dan Admin dari Komunitas Menulis dan Membaca NULIS AJA DULU (NAD) Innes Paramitha Bikaristi menambahkan, kerja sama tersebut menjadi yang kedua antara Voila! Publishing berpartner dengan Festival Payung Indonesia.
Penyelenggara mengabadikan sebuah perhelatan besar dalam sebuah buku.
BACA JUGA:Dulunya Tempat Rekreasi Mewah, Kini Taman Festival Bali Jadi Wisata Horor Terbengkalai
“Tahun pertama kami mengundang secara terbuka bagi para penulis NAD untuk menulis essai tentang Payung Tradisional. Dan untuk tahun ini, undangan menulis CerPen dan Puisi bertema 'Sepayung Bumi, Alam adalah Kita' untuk gelaran Festival Payung Indonesia ke-10, sifatnya tertutup kepada mereka yang terpilih,” ucap Innes.
Innes melanjutkan, mereka yang datang dari Nulis Aja Dulu adalah para mentor Ruang Belajar Cerpen yaitu Mas Kurnia Effendi (merangkap editor buku FesPin), Prasetyo Utomo, Achie TM, Gol A Gong, Rani Aditya, Katarina Retno dan Hermawan Aksan (Mentor Ruang Belajar Editing).
Para finalis NAD Akademi satu dan dua yaitu Jenny Seputro, Eki Saputra, Erlyna, Prima Taufik, Windy Martinda, Alfian Budiarto, Baron Negoro, Puput Sekar, Syarwini dan Yuke Neza.
Sementara Ruhyat Hardadinata adalah wakil Admin NAD dan Ecka Pramita dari divisi pemberitaan NAD. Di jalur puisi NAD juga mengundang Genoveva Dian, Jauza Imani, Naning Scheid, Ratna Ayu Budiarti dan Yekti Sulistyorini.
BACA JUGA:Kisah Horor Dibalik Taman Festival Bali yang Kini Telah Terbengkalai Akibat Krisis Moneter 1998
BACA JUGA:Momen Langka! Bupati Tegal Bermain Kelereng dan Lompat Tali di Festival Ini
“Voila! Publishing dan Nulis Aja Dulu sangat bangga bisa menjadi bagian dari acara ini, semoga Festival Payung Indonesia semakin jaya dan rutin diadakan setiap tahunnya dan kerja sama dengan kami juga tak pernah putus. Mengutip ungkapan seorang Filsuf Romawi, Cicero, sebuah kamar tanpa buku seperti tubuh tanpa jiwa. Mungkin di masa depan FESPIN tanpa buku seperti festival tanpa jiwa,” pungkas Innes.
FESPIN dan Ruang Kesetaraan
Selain FESPIN sebagai ruang literasi, FESPIN juga menjadi RUANG KESETARAAN (egaliter) bagi anak-anak disabilitas dalam menampilkan karya-karya kreatifnya.
Pada festival tahun ini, beberapa grup seni, seperti Pusat Olah Seni Budaya Mulyo Joyo Enterprise (Surabaya) menampilkan penari-penari disabilitas. Esaje Sikop dan Kreasi Tuli Indonesia by Akeyla Naraya (Kabupaten Karawang) menampilkan para model disabilitas. Sementara Studio Koepokoe (Bantul) menampilkan karya seni rupa anak-anak istimewa (autis).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radartegal.disway.id