Mitos Ki Angkong di Ruas Jalan Magelang – Purworejo, Buang Uang dapat Terhindar dari Kecelakaan?
Mitos Ki Angkong--
RADAR TEGAL – Setiap menjelang lebaran, khususnya sehari sebelum lebaran jalan penghubung antara Kabupaten Magelang – Purworejo selalu ramai kendaraan. Berikut mitos Ki Angkong.
Sejumlah tanjakan di ruas jalan tersebut sering rawan kecelakaan. Adapun kecelakaan tersebut sering terjadi terutama di kawasan perbatasan Kecamatan Salaman (Magelang) dengan Kecamatan Bener (Kabupaten Purworejo).
Tidak hanya curam, jarak tanjakan pada ruas jalan tersebut juga tergolong panjang.
Melansir dari jateng.suara.com, kecelakaan fatal terakhir terjadi pada 8 April 2021 yang menewaskan satu korban dan belasan lainnya luka-luka.
Diketahui, kecelakaan tersebut disebabkan oleh truk kontainer yang mengalami rem blong, sehingga menabrak truk dan kendaraan pribadi.
Selain kondisi yang berliku dan menanjak, masyarakat sekitar banyak yang mengaitkan kecelakaan di ruas jalan Magelang – Purworejo dengan mitos-mitos.
Adapun salah satu mitos yakni mengenai makam Ki Angkong di Dusun Sabrang, Desa Margoyoso, Magelang.
BACA JUGA: 5 Mitos di Indonesia yang Masyarakat Jawa Masih Percaya Sampai Sekarang
Penduduk sekitar meyakini bahwa sopir akan selamat melalui tanjakan apabila melempar uang ke makan Ki Angkong yang berada di tepi jalan.
Menurut Zarkoni selaku sesepuh Desa Margoyoso, Ki Angkong adalah sebutan untuk Kiai Ahwan.
Konon katanya, Kiai yang berasal dari Yogyakarta ini dimakanmkan ddi bawah pohon beringgin yang berada di tepi jalan tersebut.
Makan Kiai Ahwan yang berada tepat di kaki pohon beringin tersebut kini tidak lagi dapat dikenali.
Nisannya sudah tidak utuh lagi dan dibelit akar pohon beringin sebesar lengan pria dewasa.
Tidak hanya makan Kiai Ahwan, dibawah pohon beringin tersebut juga terdapat belasan makam lainnya yang juga sudah berumur tua.
“Bukan makam umum. Kalau yang saya ingat itu namanya Kiai Ahwan. Kiai Ahwan itu aslinya dari Yogyakarta. Dari Keraton,” ujar Zarkoni.
Diketahui, dari arah Magelang, lokasi kompleks makam kuno ini berada di kanan jalan. Makan dengan nisan merah muda tampak mencolok sebagai penanda lokasi.
Setelah lokasi makam, Anda akan menemui jalan menurun dengan tikungan tajam pada ujungnya. Menurut Zarkoni, banyakkendaraan terlibat kecelakaan pada ruas jalan tersebut.
BACA JUGA: Tiga Mitos Orang Jawa tentang Jodoh, Tidak Boleh Menikah dengan Wanita Cantik?
“Disitu jalan cuma satu. Dulu kalau orang lewat belum buang uang, jalannya terlihat dua. Yang ke kanan itu jalan asli dan yang ke kiri kelihatannya jalan padahal jurang. Dalam jurang itu sekitar 25 meter lebih. Sering sekali jatuh ke situ.”
Kemudian, di ujung turunan kini sudah terpasang pembatas jalan dari beton setinggi pinggan orang dewasa. Hal ini dilakukan guna mencegah kendaraan masuk jurang. Meskipun begitu, kecelakaan di jalan tersebut masih sering terjadi.
Kebiasaan pengendara membuang uang ke kompleks makam pun dimanfaatkan warga sekitar. Warga biasanya menyisir tepi jalan untuk mencari uang yang dibuang para sopir.
Kasiati selaku warga Dusun Sabrang mengaku hampir tiap hari ke lokasi makam untuk mencari uang. Menurut Kasiati, uang yang dipungut dari tempat ini jumlahnya tidak pasti.
Menurut Kasiati terdapat kepercayaan bahwa hanya warga Desa Margoyoso yang boleh memungut uang dari lokasi makam.
Sebab, pernah suatu kali Kasiati mengajak temannya dari luar desa untuk ikut mengumpulkan uang, tapi orang itu kemudian sakit.
Terlepas dari mitos-mitos, menjaga stamina dan kelayakan kendaraan menjadi kunci keselamatan di jalan. Sehingga perjalanan anda dan dapat bertemu orang-orang terkasih di kampung halaman.
Demikian ulasan mengenai mitos Ki Angkong. Semoga bermanfaat.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: