Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Tamat: Goresan Tongkat Siddhimantra Timbulkan Gempa dan Tsunami

Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Tamat: Goresan Tongkat Siddhimantra Timbulkan Gempa dan Tsunami

Dengan tongkat dan kesaktiannya Danghyang Siddhimantra memisahkan Pulau Jawa dan Bali.-Tangkapan Layar-Youtube / Gromore Studio Series

"Mungkin ananda belum jelas tahu perihal keberadaan ananda sendiri yang sebelumnya dihanguskan oleh Ida Bhatara sampai habis menjadi abu, disebabkan karena marah beliau tak terhingga. Perilaku ananda sungguh tak terpuji, memenggal ekor Ida Bhatara," ujar Danghyang Siddhimantra kepada Sang Bang Manik Angkeran.

"Lalu ayahandamu ini memohon kepada Ida Bhatara, agar beliau dengan senang hati menghidupkan kembali ananda. Dengan janji, kalau ananda bisa hidup kembali, ananda akan ayah haturkan kepada Ida Bhatara untuk mengabdi di sini di Besakih," kata Dhanghyang Siddhimantra lagi.

Danghyang Siddhimantra pun melanjutkan nasehatnya kepada Sang Bang Manik Angkeran. Dia berkata, kalau ananda kembali ke Jawa, jelas perilaku ananda akan kembali seperti yang sudah-sudah.

Sebab lingkungan ananda di sana sudah demikian rupa. Diamlah dan tinggalah ananda di sini, ayahanda akan kembali ke Jawa. 

Jangan ananda salah terima dan salah paham. Sebab sebenarnya, perihal perasaan ayahanda dan kasih sayang ayahanda kepada ananda, tidak pernah kurang sejak dahulu sampai kapanpun. 

Teruskan dharma bakti ananda ke hadapan Ida Bhatara di sini di Tohlangkir, Besakih. Jangan sampai turun. Kalau sampai turun, menjadi ingkar janji ayahanda, sehingga sangat nista disebut orang. 

BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 4: Sang Bang Manik Angkeran Bertemu Ular Naga Besar

Kemudian ada lagi nasehat ayahanda, sebab ananda sudah pernah pralina atau wafat menjadi abu kemudian disucikan menjadi hidup kembali, hidup untuk keduakalinya, berdwijati namanya.

Sekarang ananda berwenang menjadi pandita, agar ananda senantiasa menyelenggarakan, mengatur dan memimpin penyelenggaraan segenap upakara dan upacara di Besakih. 

Juga agar ananda mengatur semua masyarakat umat di seluruh Bali, supaya semakin meningkat bhakti dan sradha imannya, kepada Ida Bhatara serta kepada sthana Ida Bhatara semuanya.

Setelah mendengar semua nasehat ayahnya, Ida Sang Bang Manik Angkeran mengiyakan. Selain mendapat petuah, Ida Sang Bang Manik Angkeran juga diberi pengetahuan suci yang memberikan wewenang dia untuk mengucapkan weda mantra, menyelesaikan upacara. Juga diberikan pengetahuan kerohanian daya kebathinan yang tinggi.

Seusai Ida Sang Bang Manik Angkeran mendapat pengetahuan suci dan kerohanian, beliau ditinggalkan oleh ayahandanya yang kemudian melakukan perjalanan pulang kembali ke Jawa.

Namun sebelum tiba di rumahnya Griya Daha, Danghyang Siddhimantra singgah di tanah genting atau perbatasan antara Pulau Jawa dan Bali. 

BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 3: Mpu Bekung Minta Pertolongan Sanghyang Rajanaga Besukih

Di situ Danghyang Siddhimantra termenung. Dia teringat akan kelakuan putranya yang tak senonoh. Hingga akhirnya timbul kekhawatiran jika seandainya Ida Sang Bang Manik Angkeran kembali lagi ke Jawa.

Sumber: