Mitos Jawa Dilarang Menikah dengan Orang Sunda Bikin Nyesek, Berawal dari Kisah Cinta yang Gagal

 Mitos Jawa Dilarang Menikah dengan Orang Sunda Bikin Nyesek, Berawal dari Kisah Cinta yang Gagal

--

RADAR TEGAL - Salah satu mitos pernikahan yang paling terkenal di masyarakat Jawa adalah mitos Jawa dilarang menikah dengan orang Sunda. Dahulu, banyak yang percaya jika perbedaan suku tersebut akan membuat pernikahan gagal. 

Namun, saat ini mitos tersebut tidak terbukti kebenarannya. Karena gagal tidaknya sebuah pernikahan tidak berdasarkan perbedaan suku.

Banyak pernikahan antara Jawa dan Sunda yang tetap langgeng dan harmonis sampai sekarang. Rupanya mitos Jawa dilarang menikah dengan orang Sunda muncul karena beberapa alasan.

Hal tersebut rupanya dilatarbelakangi kisah cinta yang gagal di masa lampau. Mitos yang berawal dari kisah masa lalu di zaman Majapahit yang bikin nyesek.

Lalu, bagaimana kisahnya ya? Simak artikel ini sampai selesai untuk mengetahuinya.

BACA JUGA:5 Mitos Pernikahan Adat Jawa yang Perlu Diketahui, Weton Membawa Keberuntungan?

Mitos Jawa dilarang menikah dengan orang Sunda 

Mitos pernikahan yang paling sering didengar ini konon muncul di abad ke-14 yang lalu. Larangan pernikahan Jawa Sunda muncul sejak peristiwa Perang Bubat.

Mengutip dari Intisari Online, perang ini berawal dari niat Hayam Wuruk yang ingin menikahi putri Dyah Pitaloka Citraresmi dari Negeri Sundan.

Saat itu, Hayam Wuruk terkenal sebagai raja Majapahit terbesar atau paling utama. Hayam Wuruk tertarik pada Dyah Pitaloka karena beredarnya lukisan sang putri di Majapahit.

Lukisan itu dilukis secara diam-diam oleh Sungging Prabangkara, seorang seniman pada masa itu.

Atas restu dari keluarga kerajaan Majapahit, Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan untuk melamar Dyah Pitaloka pada Maharaja Linggabuana.

Menurut rencana, proses pernikahan akan dilangsungkan di Majapahit. Setelah menerima undangan itu, Maharaja Linggabuana pun berangkat bersama rombongan Sunda ke Majapahit dan diterima serta ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.

Sayangnya, kedatangan mereka dianggap sebagai bentuk penyerahan diri karena ingin memenuhi Sumpah Palapa oleh Patih Gajah Mada. Karena kesalahpahaman inilah kemudian terjadi perang besar yakni Perang Bubat.

Sumber: intisari online