Sejarah Wayang Cepak Khas Tegal, Warisan Budaya Lokal yang Harus Kita Jaga Sampai Masa yang akan Datang
Ilustrasi: Penampilan pentas seni yang menampilkan seni wayang golek dengan Lakon Adam Awal Adam Akhir yang di bawakan oleh dalang yang juga Bupati Tegal Ki Entus Susmono, Senin (2/10/17) malam di Pelabuhan Pelindo.-(wartabahari.com)-
RADAR TEGAL - Tegal, sebuah daerah dengan keunikan tersendiri, memiliki seni pertunjukan yang menarik, yaitu wayang golek cepak tegalan.
Meskipun wayang golek biasanya dihubungkan dengan masyarakat Sunda, Tegal memiliki versi uniknya sendiri dengan karakteristik kepala yang datar pada wayang golek cepak tegalan.
Keunikan karakter wayang golek Cepak Tegalan
Wayang golek cepak tegalan menawarkan keunikan pada bentuk kepala yang datar, yang membedakannya dari versi wayang golek lainnya.
Di Tegal, para dalang terkenal, seperti Ki Enthus Susmono, mahir dalam memainkan wayang golek ini dan menyampaikannya dengan gaya yang sangat unik.
BACA JUGA:Gurih Renyah Murah! Oleh-oleh Khas Tegal Kacang Bogares Jadi Buruan Para Wisatawan
Pertunjukan wayang golek Cepak Tegalan
Pertunjukan wayang golek cepak tegalan di Tegal sangat digemari oleh berbagai kalangan, terutama anak muda. Hal ini disebabkan pesan moral yang disampaikan dalam pertunjukan ini.
Pesan moral tersebut disampaikan dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, seringkali diselingi dengan tawa, dan memiliki ciri khas tersendiri.
Sejarah Wayang Golek Cepak
Wayang golek pertama kali dilakonkan dengan cerita panji dan dikenal sebagai wayang golek menak. Konon, wayang golek cepak tegalan mulai muncul pada masa Panembahan Ratu, cicit Sunan Gunung Jati (1540-1650), di daerah Cirebon.
Wayang ini disebut wayang golek papak atau wayang cepak karena bentuk kepalanya yang datar. Pada zaman Pangeran Girilaya (1650-1662), wayang cepak dilengkapi dengan cerita dari babad dan sejarah tanah Jawa, dengan fokus pada penyebaran agama Islam.
BACA JUGA:Sejarah Dijulukinya Tegal Sebagai Kota Bahari, Kaya Kie Asal Usule Lurr!
Ki Enthus Susmono dan upaya pelestarian wayang
Sebagai seorang dalang wayang dan seniman asal Kabupaten Tegal, Ki Enthus Susmono mengambil inisiatif untuk mendirikan "Umah Wayang" atau "Rumah Wayang" yang berisi koleksi beragam wayang dan produk budaya khas daerah setempat. Tujuan dari Umah Wayang ini adalah untuk memperkenalkan budaya wayang kepada generasi muda.
Ki Enthus Susmono mengekspresikan kekhawatirannya tentang hilangnya nilai-nilai budaya wayang di kalangan generasi muda, dan inilah alasan di balik berdirinya Umah Wayang.
Dalam Umah Wayang, ratusan koleksi wayang miliknya, termasuk wayang cepak khas Tegal yang sudah ada sejak empat generasi sebelumnya, dipamerkan bersama dengan batik dan topeng asli Tegal.
Dalam upayanya untuk melestarikan budaya wayang, Ki Enthus Susmono juga memberikan kebebasan bagi para pengunjung Umah Wayang untuk bermain gamelan yang tersedia.
Baginya, tidak harus memiliki target untuk bisa memainkan wayang, tetapi setidaknya perkenalan dengan budaya wayang sudah merupakan langkah awal yang berarti.
BACA JUGA:5 Tempat Wisata di Tegal Dengan Biaya Masuk Murah, Kaum Mendang-Mending Monggo Merapat
Dengan adanya upaya pelestarian seperti ini, harapannya budaya wayang golek cepak tegalan dapat terus hidup dan dihargai oleh generasi muda, sehingga keunikan dan pesona seni ini tidak akan terlupakan dalam alur perjalanan sejarah budaya Tegal.
Demikian informasi tentang wayang Cepak Tegalan yang harus kita jaga sebagai warisan budaya lokal, harapan saya dengan adanya artikel ini masyarat Tegal pada khususnya, bisa terus mengingat budaya leluhur agar tetap eksis sampai di masa yang akan mendatang.
Temukan banyak informasi tentang budaya Tegal lainnya, hanya di radartegal.disway.id, semoga bermanfaat.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: