Punya Racikan Racun Mematikan, Suku Ini Masih Hidup di Pedalaman Hutan Loh!

Proses pembuatan tato itu pun masih sangat tradisional. Tinta dibuat dari bahan alami yaitu tebu dan kelapa. Kemudian tato dipasang ke badan dengan memakai jarum yang diketuk-ketuk ke kulit secara manual.

Suku Mentawai pedalaman juga biasa membuat barang dari kayu, baik itu peralatan masak, peralatan berburu, bahkan membuat pakaian dari kulit kayu. Pakaian dari kulit kayu itu adalah pakaian tradisional Mentawai.

BACA JUGA:Mengenal Desa Juhu, Desa Terpencil di Tengah Rimba Kalimantan Selatan

Roh Alam dan Filosofi Ketercukupan

Ada salah satu yang unik dalam interior rumah Suku Mentawai, yakni tengkorak-tengkorak hewan yang digantung di langit-langit. Tengkorak hewan itu berasal dari hewan buruan seperti monyet dan babi hutan. Hal ini terkait dengan kepercayaan Suku Mentawai yang menjunjung roh alam.

Kepercayaan orang Mentawai adalah kepercayaan Arat Sabulungan. Mereka mempercayai keberadaan roh atau jiwa di segala sesuatu, termasuk alam. Maka dari itu, sebelum menyembelih hewan, mereka melantunkan ritual untuk berterima kasih pada roh itu dan meminta maaf pada hewan.

Karena menghormati alam, mereka hanya mengambil sesuai dengan kebutuhan. Jika hanya butuh kayu kecil, mereka hanya akan menebang pohon yang kecil. Sebab, mereka percaya ketamakan mengundang kemarahan alam. Jadi, dengan mengambil secukupnya, mereka pun sekaligus menjaga alam.

Menurut pengakuan salah satu orang Mentawai pedalaman dilansir dari kanal Youtube Kristian Hansen, Suku Mentawai nyaman tinggal di hutan. Mereka tercukupi dengan sederhana dari alam, tidak seperti masyarakat peradaban yang butuh uang untuk bertahan hidup.

Begitulah gambaran kehidupan Suku Mentawai di pedalaman hutan Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Semoga informasi ini bisa menambah wawasan kita dan menjadi pelajaran untuk selalu bersyukur.***

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=r_5bt7o-hhg