Usai Kasus Wabah Antraks di Gunungkidul, Mari Kita Mengenal Penyakit Tersebut
Mengenal Antraks, Usai Mewabah di Daerah Gunungkidul-pertanian.kulonprogokab.go.id -
Tegal, radartegal.disway.id - Membahas setra mengenali penyakit Antraks, usai mewabah di daerah Gunungkidul.
Antraks sendiri, ialah penyakit yang menyerang manusia dan hewan serta dapat menular akut, yang penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Makna Antraks berasal dari "batubara hitam". Penyakit ini sering sekali menyerang herbivora-herbivora yang dijinakan atau liar. Penyakit ini juga bersifat zoonosis, yang artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya, tetapi tidak bisa ditularkan dari manusia ke manusia.
Bakteri yang berperan dalam penyakit ini adalah bakteri Bacillusanthracis, yang sifatnya gram positif, dan berbentuk batang, serta tidak bergerak menyerupai spora. Sedangkan bentuk Vegetatifnya tumbuh subur di dalam tubuh dan akan segera menjadi spora jika posisinya berada di luar tubuh dan melakukan kontak dengan udara di luar. Jika ini terjadi maka spora akan menyebar luas melalui air hujan.
BACA JUGA:Kenali Perbedaan Sunblock dan Sunscreen Sebelum Menggunakannya!
Jika dibiarkan hal ini sangat berbahaya, jika Antraksapabila hinggap di makanan hewan ternak seperti rumput, maka ternak dapat terinfeksi penyakit Antraksapabila. Selain itu spora juga bisa masuk melalui bekas luka. Ternak yang telah tertular Spora dapat menulari hewan ternak lainnya dengan cairan (eksudat) yang keluar dari dalam tubuh hewan ternak.
Cairan yang keluar, dapat menyebar dan menulari hewan ternak, serta memunculkan Spora lainnya.
Menurut infrormasi yang beredar, Spora bakteri B. Antraks dapat bertahan hampir puluhan tahun pada tanah namun, bisa mati apa bila terkena panas pada temperatur 100oC selama 20 menit atau melalui pemanasan kering 140oC yang berlangsung selama 30 menit.
Kambing yang terkena penyakit Antraks, biasanya bersifat akut tak akut. pada kasus per akut, kambing yang keadaan awalnya sehat, akan langsung jatuh sakit, sesak napas, gemetar, kejang, yang pada akhirnya menyebabkan kematian.
Sedangakan pada kasus yang akut, biasanya ditandai dengan demam yang tinggi antara 41,5oC, gelisah, depresi. sesak napas, denyut jantung meningkat namun lemah, selaput lendir mulut dan mata warnanya menjadi merah tua dan pada akhirnya berujung pada kematian.
Adapun pada kasus tertentu, kambing mengalami diare berdarah serta air seninya berwarna merah tua atau langsung berdarah. Jika ada hewan ternak yang mati, biasanya pada lubang-lubang kumlah(mulut, hidung, telinga, dan anus) akan keluar darah. Darah juga tidak membeku, melainkan limpa membesar berwarna merah kehitaman.
BACA JUGA:Geledah Blok Hunian Wanita Lapas Tegal, Petugas Temukan Sejumlah Barang Ini
Hewan dengan spesimen Antraks yang sudah busuk ataupun sdah dikeringkan, masih beresiko untuk memberikan hasil positif pada uji coba Ascoli. Teknologin yang bisa mengendalikan penyakit Antraks adalah dengan melakukan vaksinasi, pada ternak yang belum terinfeksi. vaksin yang berhasil dibuat oleh BALITVET dan sudah pernah diproduksi, namun saat ini teknologinya di alihkan ke PUSVETMA Surabaya.
Antibiotika sepert enrofloxacin, neomycin, navobicin, klorampenikol dan kanamycin dapat membunuh bakteri Antraks. Pengobatan Antraks viseral bisa dilakukan melalui penisilin G 18-24 juta IU per hari secara intra vena dan ditambah 1 gram tetrasikin setiap harinya. Sedangkan untuk pengobatan Antraks nafas hampir mirip dengan 1 viseral namun ditambahi streptomicin 1-2 gram/hari. Untuk pengobatan Antraks kulit bisa dilaksanakan melalui suntikan prokain dengan dosis 2x1,2 juta IU secara intra muskular 5 sampai 7 hari ataupun dengan benzyl penisilin yang dosisnya 250.000 UI setiap 6 jam. Hal yang mestinya harus diperhatikan, ialah memperhatikan setiap hewan ternak yang dimiliki oleh masyarakat, perlunya mevaksinasi hewan ternak agar mengurangi penekanan meningkatnya wabah penyakit Antraks. Demikian informasi mengenai pengenalan Antraks usai mewabah di daerah Gunungkidul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: pertanian.kulonprogokab.go.id