Susah Cari Regenerasi, Tradisi Rebana Srakalan Brebes Terancam Punah

Susah Cari Regenerasi, Tradisi Rebana Srakalan Brebes Terancam Punah

Rebana Srakalan-Tangkapan Layar-

BREBES, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Menjadi salah satu tradisi di masyarakat, Rebana Srakalan menjadi salah hal yang masih eksis di wilayah Brebes. Sayangnya, susahnya mencari regenerasi membuat tradisi ini terancam punah. 

Ketua Rebana Srakalan Al-Falah Desa Siesem Wahnudin, 55, menyebut, personel yang ada saat ini merupakan generasi ketiga. Sejak berdiri pada tahun 1980, semua personelnya berusia di atas 50 tahun.

“Kami sebenarnya bingung mencari generasi penerus rebana srakalan. Seolah banyak kawula muda (khususnya generasi milenial) enggan untuk ikut berlatih. Mungkin karena jaman serba modern, anak-anak sekarang lebih asyik bermain android,” ucapnya.

Personel Rebana Srakalan Al-Falah sendiri kini tinggal sekitar 12 orang. Bahkan, untuk mencari pengganti atau personel tambahan sangat susah. Padahal di sisi lain kesenian ini perlu dipertahankan oleh generasi penerus.

“Jika tidak ada yang melestarikannya, kami khawatir musik rebana srakalan bakal punah,” ucapnya khawatir.

Srakalan sendiri berasal dari bahasa arab dari kata “Asyraqal”. Kalimat ini biasa menjadi bacaan pembuka ketika para jama’ah dibaan berdiri (mahallul qiyaam).

BACA JUGA:Mantu Poci, Tradisi Unik Khas Tegal yang Kini Nyaris Punah

Budayawan Pantura Wijanarto menyebut, rebana konon berasal dari kata arbaa (empat) yang mengandung filosofi. Dalam filosofi itu manusia untuk selalu mengingat dirinya dengan Allah (Khalik). Kemudian dengan alam semesta, dengan manusia lainnya dan hubungan diri sendiri.

Rebana sendiri tergolong alat musik ritmis yang dipukul dan terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Alat musik ini di Indonesia terkenal dengan berbagai nama seperti genjring, jidor, tambur (tambourine), srakal, ketimpring, terbangan.

Wijanarto menambahkan, di Jazirah Arab, Wijanarto musik rebana dikenal saat menyambut kedatangan Rasulullah saat tiba di Madinah (Yatsrib) dari Mekah pada peristiwa Hijrah. Nabi Muhammad beserta rombongan disambut dengan iringan rebana dan syair pujian.

“Di Indonesia sendiri, alat musik rebana dikenal mulai abad XV. Namun ada yang menyatakan bahwa di abad XIII Habib Al Habsyi Ali Muhammad telah memperkenalkannya. Ia dikenal juga menulis kitab Simthu Al Durar yang berisikan kisah perjalanan kenabian Muhammad SAW,” ungkapnya.

BACA JUGA:Dorong Penari Sintren di Brebes Hingga Terjatuh, Nelayan Ditangkap Polisi

Seiring berjalannya waktu, rebana pertunjukan rebana juga bisa melihatnya pada acara khitanan, mantenan, acara Maulid Nabi hingga peresmian gedung atau bangunan rumah.

Untuk alat variasi alat rebana di Indonesia sendiri terdiri dari ketimpring (rebana yang ada kencer 4 di pinggir), rebana hadroh, kasidah dan biang.

Sumber: