Strategi Daya Saing Toko Modern 

Strategi Daya Saing Toko Modern 

--

Oleh: Devis Anang A*)

DI tengah perkembangan situasi yang tidak menentu dan penuh ketidakpastian yang ditandai dengan munculnya berbagai fenomena seperti pandemi Covid-19 yang membatasi ruang gerak seluruh masyarakat, saat ini kembali kita dikejutkan dengan terjadinya disrupsi keamanan global terjadinya perang Rusia-Ukraina.

Perang kedua negara itu memiliki dampak multidimensional termasuk ekonomi dengan potensi timbulnya krisis ekonomi global yang diawali kenaikan harga minyak yang menjadikan pemerntah di seluruh dunia bersikap adaptif mengurangi subsidi dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) termasuk di Indonesia.  

Di tengah situasi tersebut, seluruh pelaku bisnis tentunya harus bersikap adaptif dan melakukan berbagai langkah strategis guna menjaga daya saing dan keberlangsungan suatu bisnis. 

Bisnis ritel saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyak bermunculan bisnis ritel tradisional yang mulai membenah diri menjadi bisnis modern.   

Bisnis memiliki ciri kurangnya pemilihan lokasi yang tepat, tidak memperhitungkan potensi pembeli, jenis barang dagangan yang tidak terarah dan tidak ada seleksi merek.

Sedangkan ciri dari bisnis ritel modern yaitu lokasi strategis yang merupakan faktor penting dalam bisnis ritel, prediksi cermat terhadap potensi pembeli, pengolaan jenis barang dagangan yang terarah, dan seleksi merek yang sangat ketat.

Tersedianya sistem informasi yang canggih, memungkinkan bisnis ritel mampu menyediakan produk-produk baru, pelayanan yang sangat cepat, teliti, dan mampu memuaskan pelanggan.

Di Indonesia, saat ini pertumbuhan usaha ritel atau eceran sangat pesat menyebabkan persaingan semakin ketat. Menurut data Euromonitor International (2021), pada tahun 2021 di Indonesia terdapat 38.323 gerai minimarket atau convenience store, angka tersebut bertambah cukup signifikan dibanding pada tahun 2017 yang jumlahnya masih 31.488 gerai.

Minimarket atau conveinence store yang dominan di Indonesia adalah Indomaret dan Afalmart. Pada 2021 Indomaret menjadi perusahaan dengan gerai ritel minimarket terbanyak, yakni 19.133 gerai, sedangkan Alfamart memiliki 16.060 gerai.

Euromonitor International (2021) juga mencatat minimarket menjadi format toko ritel modern dengan penjualan tertinggi di Indonesia, dengan nilai total penjualan US$12,86 miliar sepanjang 2021. Dengan demikian, maka dapat diartikan bisnis ritel minimarket terus tumbuh meskipun terjadi Pandemi Covid-19.

Melihat data tersebut, maka keberadaan para pelaku usaha ritel toko modern mandiri harus berbenah agar usahanya dapat bersaing di tengah meningkatnya perkembangan bisnis ritel, yang dapat dilakukan melalui strategi antara lain:   

Pertama, pemilihan lokasi. Menurut Hendri Ma’ruf dalam buku Pemasaran Ritel (2006) menyebutkan lokasi merupakan faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran ritel, karena lokasi akan mempengaruhi jumlah dan jenis konsumen yang akan tertarik untuk datang ke lokasi yang strategis, mudah dijangkau, serta kapasitas lahan parkir yang cukup memadai bagi konsumen.

Pada umumnya konsumen akan memilih toko yang paling dekat agar dapat menghemat waktu dan tenaga. Dalam aspek ini penguasaha ritel harus sangat cermat memilih tempat yang akan dijadikan usaha dan biasanya tempat ini berada di dekat dengan pusat kegiatan masyarakat misalnya di dekat pasar, di dekat perkantoran maupun sekolah yang juga dipertimbangkan adalah analisis populasi penduduk di sekitar lokasi tersebut.

Sumber: