Miris, Dua Keluarga di Brebes Tinggal di Rumah Panggung Bambu Tidak Layak

Miris, Dua Keluarga di Brebes Tinggal di Rumah Panggung Bambu Tidak Layak

Miris, dua keluarga di Kabupaten Brebes harus tidur di atas panggung bambu lantaran kondisi rumahnya yang sangat tidak layak huni. Rumah tersebut berada di Desa Ketanggungan Kecamatan Ketanggungan.

Rumah berdinding lapuk itu berada tidak jauh dari bantaran Sungai Babakan. Sejak 2017 lalu, pemilik rumah berinisiatif membuat panggung menggunakan kayu dan bambu lantaran lantai rumah selalu terendam banjir jika musim penghujan tiba.

Diketahui, rumah panggung tidak layak huni itu dihuni oleh Kurdi (75) beserta anaknya yakni Warjoni (43) dan Kholjanatun (40). Suami dari Kholjanatun, yakni Rosyid Riswanto (31) juga tinggal di rumah itu dengan anak mereka yang masih berusia dua tahun.

"Ada enam orang dari dua keluarga. Dibikin panggung seperti ini karena sering terendam banjir jika musim hujan tiba. Kurang lebih ada empat panggung yang dibuat untuk tidur semua penghuni rumah," kata Warjoni (43), salah seorang penghuni rumah, Selasa (31/8).

Warjoni mengakui, rumah panggung terbuat dari bambu yang ia tempati itu sudah tidak layak huni. Apalagi, ada ayahnya yang sudah berusia lanjut, dan ada seorang anak balita berusia dua tahun. Bahkan, sisa lumpur bekas banjir juga nampak masih menebal di lantai rumahnya.

"Yang tinggal di sini ada enam orang, saya dan istri, bapak, adik saya dan suaminya. Tapi istri saya sekarang tinggal di rumah orangtuanya karena tidak memungkinkan kalau lihat kondisi di sini," ungkapnya.

Diakuinya, keluarganya sudah bosan meminta bantuan kepada pemerintah maupun pihak lainnya lantaran tidak kunjung terealisasi. Kondisi yang dialaminya saat ini sudah diketahui oleh berbagai pihak. Ditambah, beberapa anggota dewan juga sudah menyambangi rumah itu, tetapi hanya memberi bantuan sembako.

"Sengaja kita buat ranggon karena rumah sering terendam banjir jika musim penghujan tiba. Apalagi, lokasinya berdekatan dengan Sungai Babakan yang sering meluap jika musim penghujan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Ketanggungan Sofani mengaku, pihaknya sudah mengajukan keluarga Warjoni agar bisa mendapatkan bantuan rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Bantuan diajukan melalui Dana Desa maupun anggaran aspirasi dari anggota dewan. Untuk anggaran Dana Desa tidak bisa dialokasikan untuk RTLH karena fokus penanganan Covid-19.

"Memang untuk dua tahun terakhir ini Dana Desa difokuskan untuk penanganan Covid-19. Kami juga mengajukan aspirasi RTLH tapi untuk Desa Ketanggungan tahun ini tidak bisa tercover," ungkapnya.

Dia melanjutkan, di desanya ada 27 rumah yang tidak layak huni. Hingga kini, pemerintah desa belum bisa menganggarkan Dana Desa untuk rehab RTLH karena masih fokus dianggarkan untuk BLT.

Pemerintah desa saat ini hanya bisa memberikan bantuan sembako dampak Covid-19 untuk keluarga Warjoni.

"Selama dua tahun ini Dana Desa belum bisa untuk menangani rehab RTLH," pungkasnya. (ded/ima)

Sumber: