Alumni 212 Setuju Duet Puan Maharani-Anies Baswedan, Asal Dibalik Jadi Anies-Puan

Alumni 212 Setuju Duet Puan Maharani-Anies Baswedan, Asal Dibalik Jadi Anies-Puan

Usulan politisi senior PDI Perjuangan, Effendi Simbolon untuk menduetkan Ketua DPR RI, Puan Maharani dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendapat sambutan baik dari Kelompok 212.

Mujahid 212, Damai Hari Lubis menyatakan dukungan duet pasangan tersebut. Namun keputusan final menunggu ijtima ulama dan arahan Habib Rizieq (HRS).

Hanya saja, dia ingin posisinya di balik, yaitu Anies Baswedan sebagai calon presiden dan Puan Maharani menjadi wakil presiden yang mendampingi. “Pendapat pribadi saya boleh, namun posisi di balik dulu jadi Anies-Puan,” ujarnya, Rabu (11/8).

Namun demikian, Damai Hari Lubis yang juga merupakan konsultan hukum insidental pribadi Habib Rizieq Shihab (HRS) mengaku tidak bisa memaksakan pendapat pribadinya.

Soal dukungan pilpres dirinya tegak lurus pada perintah ijtima ulama dan arahan penceramah kondang, Habib Rizieq Shihab yang dianggapnya sebagai seorang imam besar.

“Keputusannya mutlaknya kami tunggu nanti ada Ijtima Ulama, arahan IB (Imam Besar) HRS. baik beliau di luar penjara maupun masih di dalam penjara,” jelas Damai Hari Lubis. 

Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani dinilai lebih berpotensi menang di pemilihan presiden (Pilpres 2024) bila menggaet Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dibanding kandidat lain. Termasuk dengan Prabowo Subianto yang selama ini menjadi kandidat yang kerap dikaitkan dengan PDIP.

"Jika kemudian ada usulan Anies-Puan, sekurangnya untuk saat ini itu lebih baik jika dibanding Prabowo-Puan," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (11/8).

Dedi menilai, pasangan Puan-Prabowo akan mempunyai kesulitan tersendiri untuk meraih kemenangan pada Pilpres 2024 nanti. Pasalnya, publik mulai jenuh melihat Prabowo kembali maju.

"Prabowo-Puan memang punya kesulitan tersendiri untuk menang. Kejenuhan publik pada Prabowo bisa saja menjadi pemicu kekalahan, sekaligus belum tumbuhnya kepercayaan publik pada Puan," urainya.

Menurut pengamat politik dari Universitas Telkom ini, Menteri Pertahanan itu sudah saatnya untuk menjadi penentu kemenangan di belakang layar, bukan justru menjadi peserta Pilpres 2024. (rmol/zul)

Sumber: