Kasus Harian Masih Tinggi, PPKM Level 4 Dilanjut Tidak Pak Presiden?

Kasus Harian Masih Tinggi, PPKM Level 4 Dilanjut Tidak Pak Presiden?

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 akan berakhir, Minggu (25/7) hari ini. Belum diketahui pasti, apakah kebijakan ini akan dilanjutkan, dilonggarkan, atau malah diperketat.

Untuk menentukan kebijakan itu, pemerintah akan melakukan evaluasi, Senin (26/7) besok. Pemerintah pusat meminta pemerintah daerah (pemda) memperbaiki indikator pandemi Covid-19 di wilayahnya masing-masing.

"Jika Pemda dan masyarakat ingin pembukaan aktivitas di daerahnya berlangsung cepat, maka harus benar-benar memperbaiki semua indikator penanganan Covid-19 di daerahnya. Tujuannya, agar tidak ada lonjakan kasus. Jika tidak, maka pengetatan PPKM level 4 masih diperlukan," tegas Juru Bicara Menko Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan, Jodi Mahardi di Jakarta, Sabtu (24/7).

Seperti diketahui, PPKM Level 4 diberlakukan pemerintah selama lima hari. Yakni sejak 21-25 Juli. Evaluasi baru akan dilakukan pada, Senin (26/7) besok. Artinya sehari setelah PPPKM Level 4 berakhir.

Menurut Jodi, indikator yang perlu diperbaiki adalah cakupan penanganan kasus positif Covid-19, kesembuhan Covid-19, kematian Covid-19, serta angka keterisian tempat tidur rumah sakit (bed occupancy ratio/BOR) harian.

"Targetnya agar nanti kebijakan relaksasi atau pembukaan bertahap berjalan baik. Selain itu, masyarakat juga siap menjalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab," terangnya.

Evaluasi PPKM Level 4, lanjut Jodi, mengacu pada empat komponen pertimbangan relaksasi kegiatan masyarakat yang ditetapkan WHO.

Terpisah, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menyebut, bahwa devisa negara saat ini turun hingga 30 persen. Itu disebabkan, terpuruknya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) nasional akibat pandemi Covid-19.

Imbasnya, jumlah kunjungan wisatawan menurun signifikan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik. Hal itu pun berbuntut tergerusnya lapangan pekerjaan sektor pariwisata sebesar 6,7 persen.

"Wisatawan mancanegara maupun domestik menurun secara signifikan yang berimbas kepada menyusutnya devisa hingga 30 persen dan tergerusnya lapangan kerja sebesar 6,7 persen," kata Sandi, Sabtu (24/7).

Sandiaga memaparkan, bahwa selama pandemi berlangsung sektor ekonomi kreatif hanya turun sebesar 2,5 persen. Begitu juga dengan tenaga kerja yang ikut berkurang sebanyak 2,5 persen. Akibatnya, nilai ekspor turun lebih signifikan, yakni sebesar minus 12,93 persen.

"Kendati dalam kondisi resesi, masih ada tiga sub sektor ekonomi kreatif yang menjadi andalan. Yakni sektor kuliner, kriya dan fesyen masih mampu bertahan," ujarnya.

Sementara itu, kata Sandi, potensi digital di Indonesia justru mengalami peningkatan di tengah pandemi covid-19. Saat ini e-commerce telah menampung 8 juta unit usaha kreatif.

"Penggunaan media sosial untuk usaha sudah mencapai 65 persen dengan total pengguna internet mencapai sebesar 64 persen," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: