Belum Ada Sampel Pembanding, Guru Asal Tegal yang Jadi Korban Sriwijaya Air Tak Teridentifikasi

Belum Ada Sampel Pembanding, Guru Asal Tegal yang Jadi Korban Sriwijaya Air Tak Teridentifikasi

Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokes) Polri Brigjen pol Rusdianto menambahkan masih ada tiga jenazah lagi yang belum dapat diidentifikasi.

"Hingga akhir operasi ini belum dapat dinyatakan teridentifikasi karena belum adanya sampel yang dapat dijadikan sebagai pembanding," ujarnya.

Tiga korban yang belum teridentifikasi yakni Panca Widya Nursanti, perempuan berumur 46 tahun, Arkana Nadi Wahyudi, anak laki-laki berumur 7 bulan, dan Dania perempuan berumur 2 tahun.

"Setelah diperiksa semua sampel DNA (Deoxyribonucleic acid) dari body part korban, tidak ditemukan sampel DNA untuk tiga nama tersebut," ujarnya.

Namun, dia memastikan pihaknya akan menerbitkan surat keterangan kematian untuk tiga korban yang belum teridentifikasi itu. "Apabila ada perkembangan lebih lanjut pihaknya akan melaporkan kembali," katanya.

Dia juga menjelaskan sejak operasi DVI dilaksanakan pada 9 Januari hingga 2 Maret 2021, pihaknya telah memeriksa 744 sampel DNA. Jumlah tersebut terdiri atas 174 sampel antemortem dan 570 sampel postmortem.

Adapun metode identifikasi yang digunakan yaitu teridentifikasi melalui DNA, medis dan properteri sejumlah 46 jenazah, sedangkan teridentifikasi melalui sidik jari berjumlah 13 jenazah.

Panca Widya Nursanti sendiri adalah merupakan seorang guru kelahiran Desa Suro Kidul Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Sebelum pesawat yang ditumpanginya jatuh ke laut, dia pulang ke kampung halamannya di Tegal dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Korban sehari-harinya mengajar di SMKN 3 Pontianak. Setelah menikah dan menetap di Pontianak, korban dan keluarganya memang bergantian pulang ke kampung halamannya.

Diketahui pesawat Sriwijaya Air nomor register PK-CLC SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh pada hari Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB di perairan Kepulauan Seribu di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.

Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.

Di tempat yang sama, Direktur Operasional Jasa Raharja Amos Sampetoding mengatakan pihaknya telah menyerahkan santunan kepada keluarga korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 senilai Rp 2,85 miliar. Total santunan itu diberikan kepada 57 keluarga korban yang telah teridentifikasi.

"Total santunan yang sudah diserahkan Rp 2,85 miliar. Tiap korban meninggal dunia memperoleh santunan sebagai bentuk perlindungan dasar pemerintah dan menghadirkan negara untuk menunjukkan empati yaitu sebesar Rp 50 juta," katanya.

Amos mengatakan Jasa Raharja akan terus melakukan pemantauan dan penyerahan santunan untuk keluarga koban lainnya yang teridentifikasi.

Sumber: