Inovasi Ramah Lingkungan, Pertamina Bangun Tangki Minyak Menggunakan Beton Berbahan Wortel dan Limbah Olahan G

Inovasi Ramah Lingkungan, Pertamina Bangun Tangki Minyak Menggunakan Beton Berbahan Wortel dan Limbah Olahan G

Siapa yang menyangka jika beton, material kokoh yang kerap dijadikan pondasi untuk konstruksi bangunan-bangunan besar dibuat dari bahan dasar lunak seperti wortel yang biasa dikonsumsi sebagai asupan makanan bergizi. Adalah inovasi dari Pertamina yang menemukan alternatif bahan additive produksi beton berbahan dasar organik berupa wortel dalam memproduksi beton.

Selain wortel, bahan dasar lainnya adalah limbah olahan gula industri yang dinamakan molase. Tidak hanya memiliki nilai tambah karena menggunakan bahan dasar alami dan limbah industri, kualitas beton yang dihasillkan juga bermutu tinggi K-400 hingga dapat digunakan sebagai pondasi bangunan satu tangki penyimpanan minyak milik Pertamina yang berada di Fuel Terminal Tegal, Jawa Tengah.

[ Proses konstruksi tangki minyak menggunakan pondasi beton dengan caumpuran wortel dan molase ]

Pejabat sementara (Pjs.) Unit Manager Communication, Relations, & CSR Pertamina Pemasaran Regional Jawa Bagian Tengah (JBT) Arya Yusa Dwicandra dalam keterangan pers di Semarang pada Rabu (24/2) mengungkapkan tangki dengan kapasitas 3.000 Kiloliter tersebut dibangun sejak awal tahun 2020 dan mulai dioperasikan sebagai penyimpanan produk Pertamax sejak Oktober 2020 yang lalu.

“Untuk bangunan tangki tersebut, beton yang dibutuhkan sebagai pondasi setidaknya 219 meter kubik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Pertamina menambahkan bahan dasar wortel setidaknya 109 Kg dan molase hingga 119 Kg ke dalam campuran beton,” jelas Arya.

[ Beton dengan bahan campuran wortel dan molase lebih ramah lingkungan dan lebih hemat biaya. ]

Dirinya menuturkan, bahan wortel dan molase tersebut menggantikan zat additive berbahan kimia seperti puzzollan, fly ash, steel slag, copper slag dan silica fume yang harganya lebih mahal dan tidak terbarukan. Zat additive tersebut untuk memperoleh kualitas beton K-400, sesuai dengan standar mutu beton yang dibutuhkan Pertamina.

“Dengan adanya inovasi ini, Pertamina berhasil melakukan penghematan biaya pembangunan hingga Rp 646 juta dari subtitusi zat additive tersebut,” ujarnya.

Tidak hanya itu, inovasi ini juga merupakan bentuk kepedulian Pertamina untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan juga untuk melestarikan lingkungan dengan memanfaatkan limbah industri.

[ Proses pencampuran wortel dan molase ke dalam campuran beton hingga menjadi homogen ]

“Bahan dasar wortel kami peroleh dengan membeli dari petani wortel di Wonosobo, di mana wortel yang digunakan adalah wortel dengan grade rendah yang tidak laik konsumsi atau tidak diperjualkan ke pasar. Sementara bahan dasar molase diperoleh dari limbah pabrik gula di Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, dan pabrik  gula di Kecamatan Jatibarang, Indramayu,” pungkas Arya.

Arya menjelaskan penemuan ini berawal dari ajang inovasi pekerja yang diselenggarakan setiap tahun secara internal oleh Pertamina, yaitu Continous Improvement Program (CIP) dan Annual Pertamina Quality (APQ) yang berhasil mendapatkan predikat Gold.

“Inovasi ini juga sudah lulus uji Laboratorium B4T (Balai Besar Bahan dan Barang Teknik) dari Kementrian Perindustrian dan sudah terdaftar sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kemeterian Hukum dan Hak Asasi Manusia,” imbuhnya.

Sumber: