Jason Crow

Jason Crow

Saya bicara soal kemungkinan perdebatan di sidang nanti. Termasuk apakah akan memicu ketegangan di luar sidang. Jawabnya, tidak akan terjadi. Saya pun mengatakan padanya itu akan terjadi.

Hari itu saya berniat untuk tidak bicara di sidang. Tapi saya tetap hadir untuk melihat jalannya sidang. Saya jalan ke sana-kemari di galeri di atas balkon ruang sidang. Untuk mengamati apa yang terjadi. Akhirnya saya berniat bicara nanti. Di akhir acara. Tapi saya ingin lihat dulu proses awal dimulainya perdebatan itu.

Setengah jam kemudian saya membuka handphone. Saya melihat live streaming apa yang terjadi di luar gedung. Saya lihat demonstran mulai menuju gedung Capitol. Lalu terlihat mulai ada bentrokan.

Saya mulai khawatir. Banyak di antara kami yang juga khawatir. Yakni setelah kami melihat jumlah demonstran begitu banyak. Ribuan (banyak sumber menyebut sampai 25.000 orang –DI).

Saya pikir tidak mungkin petugas keamanan Capitol mampu menghadang mereka.

Baru dua menit memikirkan itu saya lihat massa mulai menjebol pagar pengamanan paling luar. Lalu saya lihat petugas keamanan mengungsikan Ketua DPR Nancy Pelosi. Juga pimpinan DPR lainnya.

Sesaat kemudian muncul laporan bahwa mereka sudah memasuki gedung. Perkembangan begitu cepat.

Kami pun mulai mendengar teriakan-teriakan. Jeritan-jeritan. Berarti mereka sudah di dalam gedung. Sudah sampai di lantai bawah.

Sesaat kemudian terlihat petugas mulai mengungsikan orang-orang yang ada di ruang sidang. Banyak yang bingung apa yang harus dilakukan.

Saya pun menarik kesimpulan. Bahwa keadaan sudah tidak terkontrol. Saya juga melihat seperti tidak ada perencanaan pengamanan yang baik.

Saya harus menggunakan waktu banyak untuk mengajari orang-orang menggunakan masker darurat. Bahkan mengajari bagaimana membuka bungkusnya.

Ketika saya lihat polisi mulai menutup pintu dan menguncinya saya berkesimpulan bahwa kami sedang terjebak. Tidak ada jalan keluar. Massa mengepung ruangan ini.

Ketika saya melihat polisi mengangkat mebel-mebel untuk mengganjal pintu, saya pun berkesimpulan keadaan ini punya potensi berbahaya.

Saya pun menelepon istri. Saya ucapkan padanya saya mencintainya. Saya juga bicara dengan anak-anak. Saya katakan saya mencintai mereka.

Saya jelaskan ke istri bahwa kemungkinan saya harus berkelahi untuk bisa keluar dari ruang sidang ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: