Virus Jin

Virus Jin

Begitu sentralnya vaksin Covid ini sampai-sampai Paus Francis, mengeluarkan fatwa halal bagi umat Katolik. Tentu itu fatwa darurat. Pada dasarnya Katolik menolak vaksin Pfizer dan Moderna itu: proses penelitian pembuatannya menggunakan janin hasil aborsi. Padahal aborsi haram di kalangan Katolik.

Maka pengadaan vaksin untuk negara sebesar kita tidaklah mudah. Apalagi ada tekanan waktu: proses vaksinasi itu harus selesai sebelum setahun dari awal dimulainya vaksinasi. Agar yang belum vaksinasi tidak sempat menularkan virus ke mereka yang masa kekebalan vaksinasinya sudah lewat.

Begitu berat tugas Budi Sadikin. Termasuk menjaga campur tangan para garong, copet, maling, rampok, dan bajak laut.

Yang juga berat adalah tugas menteri agama yang baru: Yaqut Cholil Qoumas. Kalau Budi Sadikin menghadapi musuh yang tidak tampak –virus Covid 19– Yaqut juga menghadapi musuh yang gaib: perasaan keagamaan.

Memang menteri agama yang lama, Fachrur Razi dinilai tidak mampu. Padahal ia seorang jenderal bintang tiga. Tapi Yaqut kan jenderal bintang sembilan. Ia jenderalnya Banser –organisasi pemuda NU– dan ia bintang sembilan –lambang NU.

Mestinya bintang sembilan lebih hebat dari bintang tiga. Kalau bintang tiga hanya bisa mengerahkan tank, panser, granat, bom, dan pesawat tempur, bintang sembilan mestinya bisa mengerahkan sampai pasukan jin.

Artinya: tidak perlu pakai kekerasan. Baik kekerasan kata-kata maupun tindakan. Habib Rizieq Shihab dan FPI itu adalah rakyat Indonesia. Mestinya mereka bukan musuh. Mereka adalah anak-anak yang punya watak berbeda dengan anak lainnya. Pasti ada cara selain memusuhi mereka. Bahkan HRS itu kan orang NU dan bangga pada NU.

Pasti Yaqut lebih mampu dari Budi Sadikin. Menkes baru itu tidak bisa mengerahkan jin untuk membuat vaksin. Sedang Yaqut bisa menjadi wali ke-10 untuk menghadapi saudara sebangsa yang berbeda cara.

Kalau pun gelar wali ke-10 itu sudah telanjur diberikan kepada Gus Baha', Yaqut masih bisa menjadi wali ke-11.

Walisongo pun tidak akan keberatan dengan munculnya banyak wali di zaman setelah mereka. Maafkan, Gus Dur wali ke berapa ya? (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: