Bayar Utang Asing, Cadangan Devisa Negara Berkurang Rp21,32 Triliun Oktober Lalu
Bank Indonesia (BI) merilis posisi cadangan devisa Indonesia di level USD133,7 miliar di akhir Oktober lalu. Jumlah tersebut turun USD1,5 miliar atau sekitar Rp21,32 triliun. Meski begitu, posisi itu masih tetap tinggi.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor atau 9,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Cadangan devisa tersebut masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor," tutur Onny dalam keterangannya, kemarin (6/11).
Bank Sentra ini menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Lanjut Onny, bahwa penurunan cadangan devisa pada Oktober 2020, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. "Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai. Ini didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga," jelasnya.
Terpisah, Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, penurunan cadangan devisa memang disebabkan kewajiban pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Meski menurun, menurut Andry, cadangan devisa masih dalam posisi yang kuat. Dengan demikian, ke depan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) bisa menyusut.
“Bahkan, masih akan ada momentum untuk nilai tukar rupiah kembali meningkat,” ujar Andry dalam keterangannya, kemarin.
Hal ini juga diperkuat dengan perekonomian yang sudah mulai menunjukkan taringnya dan telah melewati titik terendah, setelah adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penyaluran stimulus program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang semakin masif, juga kebijakan moneter yang akomodatif.
Tak hanya itu, kasus harian Covid-19 juga nampak menurun. Belum lagi, ada vaksin Covid-19 yang sedang disiapkan oleh pemerintah sehingga bisa menjadi tambahan katalis positif untuk kepercayaan pasar. “Dengan pasar yang semakin percaya, ini akan membawa tambahan arus modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia,”
Namun, lanjut dia, masih ada risiko yang datang, terutama dari eksternal. Seperti masih adanya kasus Covid-19 harian baru di negara-negara Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang menyebabkan lockdown di beberapa daerah.
Kabar baiknya, ini tak akan terlalu memberi dampak terhadap perekonomian Indonesia karena negara Cina yang merupakan mitra dagang utama Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan perekonomian.
Andry memprediksi nilai tukar Rupiah pun akan semakin stabil dan diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 14.296 di akhir tahun 2020. (din/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: