Rapid Test Hanya untuk Skrining, Dokter Reisa: Bukan Berarti Tidak Akurat
Sebagian masyarakat saat ini mungkin sudah memahami jika ada beberapa tes untuk pengujian Covid-19. Selain dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) Swab Test, masyarakat juga mengenal rapid test. Tes cepat menggunakan sampel yang dapat diambil dari darah di ujung jari, darah dari pembuluh vena, maupun sampel dari swab.
"Yang diperiksa apa? Antibodi, daya tahan tubuh kita," kata dr Reisa Broto Asmoro dalam Farah ZoomTalk bertajuk Jangan Pernah Menyerah! Strategi Hadapi Pandemi Covid-19. Cerdas YES, Cemas NO! yang berlangsung pada Jumat (9/10) dikutip dari RMOL.
Dalam hal ini, dr Reisa mengatakan, rapid test hanya dapat digunakan untuk proses skrining. Mengingat antibodi adalah imunitas adaptif.
"Ada yang namanya periode infeksi, self-limiting disease. Pada Covid-19 periode infeksinya 14-21 hari," sambung dr Reisa.
Dengan begitu, dr Reisa menyebut, jika rapid test dilakukan di awal-awal infeksi kerap kali tidak muncul. Namun, jika hasilnya reaktif, maka setelah rapid test harus diiringi dengan isolasi mandiri.
"Harus nunggu dulu seminggu isolasi mandiri, dites lagi sampai harus non-reaktif," ujarnya.
Ia juga menekankan, meski hanya digunakan untuk skrining, rapid test bukan berarti tidak akurat.
"Bukan berarti rapid test itu ga akurat. Bahkan ada yang akurasinya sampai 80 persen," tandasnya. (rmol.id/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: