Kuartal III Minus 1,7-0,6 Persen, Indonesia Dipastikan Resesi
Menurutnya, dukungan untuk sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai jantung ekonomi rakyat juga perlu dioptimalkan. Dikatakan, tingkat penyerapan per 31 Agustus 2020 masih Rp52 triliun dari Rp123,46 triliun.
Insentif usaha, yang menyasar keringanan pajak bagi para pelaku usaha juga baru terserap Rp18,8 triliun dari Rp120,61 triliun. Untuk optimalisasi tersebut, seluruh jajaran penyelenggara pemerintah perlu kerja keras.
Hal tersebut, lanjutnya, tidak mudah dilakukan di tengah pandemi. Sebabm terdapat keterbatasan ruang gerak. Termasuk keterbatasan personil serta daya dukung.
Kendati demikian, diperkirakan pertumbuhan negatif ini tidak sedalam pada kuartal II. “Kita perlu mempersiapkan diri menghadapi tekanan ekonomi ke depan. Tidak perlu membuat kegaduhan. Resesi sudah hampir pasti akan kita hadapi,” tegas Said.
Hal senada disampaikan pengamat ekonomi dari Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal. Dia optimistis tren ekonomi nasional ke depan akan mengalami perbaikan seiring dengan upaya menjaga konsumsi masyarakat.
"Kuartal ketiga ini memang masih kontraksi. Namun yang jelas tren ekonomi ke depan akan membaik. Kita tetap harus antisipasi dampak langsung dari pembatasan aktivitas di masyarakat. Yakni menjaga konsumsi melalui bansos tunai," jelas Faisal.
Pemerintah, kata Faisal, harus ekspansif menyalurkan belanja pemerintah guna menstimulasi konsumsi rumah tangga. Salah satunya melalui bantuan sosial tunai kepada masyarakat rentan COVID-19. Seperti pekerja informal dan UMKM.
Terpisah, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Berly Martawardaya, menjelaskan pemulihan ekonomi nasional bisa terjadi cukup cepat jika COVID-19 berhasil dikendalikan.
"Jika pandemi mereda, penambahan penderita COVID-19 juga melambat, ada kemungkinan resesi ekonomi hanya berlangsung sekitar dua atau tiga kuartal," ujar Berly. Namun jika pandemi tidak kunjung mereda, upaya pemulihan ekonomi nasional sangat sulit dilakukan pemerintah.
"Pandemi yang tak kunjung mereda berisiko membuat penderita penyakit bertambah banyak. Kemudian resesi ekonomi juga berpeluang terjadi lebih dari tiga kuartal atau lebih dari setahun," pungkasnya. (rh/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: