90 Dokter Gugur saat Tangani Covid-19, Pemerintah Akan Batasi Jam Kerja Tenaga Kesehatan

90 Dokter Gugur saat Tangani Covid-19, Pemerintah Akan Batasi Jam Kerja Tenaga Kesehatan

"Adaptasi kebiasaan baru saat ini telah berjalan. Termasuk aktivitas bekerja di kantor yang berlangsung normal walaupun tetap dibatasi. Namun, dalam beberapa hari terakhir muncul kekhawatiran kluster perkantoran menjadi salah satu lokasi penyebaran COVID-19," terang Reisa.

Menurutnya, ketika para pegawai menggelar rapat di kantor, perlu memperhatikan beberapa hal penting. Antara lain dengan memastikan ruangan yang digunakan rapat benar-benar menjamin kemungkinan menjaga jarak.

Ia menyarankan agar seluruh peserta rapat dipastikan dalam keadaan sehat. Sehingga meminimalkan kemungkinan penularan COVID-19 kepada pegawai yang daya tahan tubuhnya lemah.

Sebelum masuk ke dalam ruang rapat, peserta diwajibkan untuk melakukan prosedur standar dalam adaptasi kebiasaan baru. Antara lain dengan mencuci tangan, memeriksa suhu tubuh dan selalu menggunakan masker selama rapat berlangsung.

"Di masa pandemi ini, hindari pula kebiasaan menyediakan makanan dan minuman saat rapat," paparnya.

Konsumsi makanan atau minuman selama rapat, lanjutnya, akan membuat seseorang melepas maskernya. Padahal, masker wajib digunakan setiap saat ketika pertemuan tertutup berlangsung.

"Yang penting juga adalah mengecek ventilasi dan sirkulasi udara di ruangan. Pastikan jika menggunakan kipas angin atau alat pendingin ruangan lainnya tidak mengarah ke peserta rapat," imbuhnya.

Sementara itu, terkait pelaksanaan rapat, Reisa menyarankan agar acara rapat sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 menit. "Jika memerlukan rapat yang lebih panjang waktunya, bisa dibagi dan diberi jarak. Tujuannya agar ruang rapat bisa disterilkan kembali terlebih dahulu," tukasnya.

Meski demikian, Reisa tetap menyarankan agar rapat sebaiknya dilakukan secara virtual. Sehingga setiap kemungkinan penularan COVID-19 dapat lebih mudah dikendalikan.

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mendorong pengelolaan biodiversitas untuk obat-obatan dan energi terbarukan. Obat-obatan tersebut juga menjadi kebutuhan penting dalam penanganan COVID-19.

"Yang belum ditransformasikan dari potensi kekayaan yang sesungguhnya itu adalah biodiversity (keanekaragaman hayati, Red). Salah satunya relevan dengan kondisi saat ini karena banyak biodiversity ternyata bisa menjadi sumber obat-obatan," ujar Bambang di Jakarta, Selasa (25/8).

Dia menyatakan LIPI perlu mengangkat marwah dari obat tradisional Indonesia menjadi obat modern asli Indonesia (OMAI), yang berasal dari keanekaragaman hayati Indonesia. Menurutnya, kata tradisional yang melekat pada obat Indonesia juga harus ditinggalkan dan diubah menjadi obat modern asli Indonesia.

Bambang mengatakan biodiversitas merupakan aset Indonesia yang pemanfaatannya masih perlu ditingkatkan. Sehingga bisa menjawab kebutuhan bangsa.

"Biodiversity juga bukan hanya yang di atas permukaan tanah. Justru yang belum dieksplor adalah biodiversity di bawah laut. Itu tidak hanya obat. tetapi juga untuk energi terbarukan," pungkas Bambang. (rh/zul/fin)

Sumber: