Insentif Pajak Harus Segera Dialihkan ke BLT, Ekonom: Tidak Berdampak Dongkrak Daya Beli

Insentif Pajak Harus Segera Dialihkan ke BLT, Ekonom: Tidak Berdampak Dongkrak Daya Beli

Ekonom Chatib Basri menilai kucuran insentif pajak di tengah pandemi tidak berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Saran dia, insentif pajak dialihkan pada Bantuan Langsung Tunai (BLT).

"Sejak awal pernah saya sampaikan insentif pajak tidak akan berjalan. Ini karena perusahaan masih mengalami kerugian, jadi mereka juga tidak akan membayar pajak," ujarnya dalam video daring, kemarin (19/8).

Diketahui, total insentif yang digelontorkan pemerintah pada industri dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat Covid-19 mencapai Rp94,61 triliun. Sementara insentif pajak UMKM Rp2,4 triliun, dan insentif pajak di bidang kesehatan mencapai Rp9,05 triliun.

"Insentif pajak diberikan nanti ketika aktivitas ekonomi sudah berjalan kembali," ucapnya.

Nah, dia memberikan usulan, sebaiknya anggaran PEN dialihkan untuk program BLT. Menurut dia, BLT lebih bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat ketimbang sembako. Dengan demikian, mantan Menteri Keuangan era Susilo Bambang Yudhoyono ini meyakini konsumsi dalam negeri akan meningkat.

"Membicarakan sembako, hanya akan menjadi proyek karena semua orang meminta-minta. Tapi, kalau uang itu sangat mulia dibandingkan yang lain. Jadi simpel kan," jelasnya.

Seirama dengan Chatib, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ariyo Irhamna mengatakan, anggaran pemerintah yang paling tepat digunakan untuk memitigasi pandemi Covid-19 dan menyembuhkan masyarakat yang positif corona.

"Memang sekarang sedang pandemi Covid-19, jadi dampaknya tidak terasa. Oleh sebab itu, anggaran pemerintah sebaiknya diarahkan untuk menghentikan penyebaran Covid-19 dan memulihkan masyarakat yang sudah terinfeksi," katanya kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (20/8).

Sementara Managing Partner DDTC Darussalam menilai, instrumen pajak memang dapat menjadi salah satu instrumen efektif untuk menjaga kestabilan ekonomi yang sedang tertekan.

"Jadi saat ini lebih untuk mengurangi kesulitan cash flow perusahaan. Sebab saat ini terjadi penurunan daya beli dan permintaan agregat," pungkasnya. (din/zul/fin)

Sumber: