Logika Marah
Lalu ada pertanyaan yang sangat menarik bagi saya: "bolehkah selama new normal olahraga renang?"
"Kalau renang sih @$#@&#§§¿¢£§¢°°°," suara Claudia terganggu link yang kurang sempurna.
Banyak lagi tip yang diberikan dr Claudia --setelah suaranya kembali memerdu.
Yang juga menarik adalah paparan psikolog Tara. Tip darinyi juga sangat konkrit. Terutama bagi yang mudah terkena stres gegara wabah Covid-19.
Penyebab stres itu: menangnya emosi atas logika. Emosi dan logika tidak bisa bersatu. Yang emosinya naik pasti logikanya turun.
Maka muncullah rasa marah, sedih atau perasaan bersalah.
Bagi yang stres baiknya menenangkan diri dulu. Untuk memikirkan yang mana penyebab stresnya.
Syaratnya: harus tenang dulu. Cara menenangkan diri adalah: tarik nafas panjang. Empat detik. Beberapa kali.
"Kami sudah tarik nafas panjang tetap saja tidak bisa tenang. Hal-hal negatif muncul kembali," tanya peserta lewat moderator.
"Itu pertanda tarik nafasnya kurang benar. Tarif nafas yang benar adalah: semua konsentrasi ditujukan pada tarik nafas itu," ujar Tara.
Sudah menjadi sifat manusia punya pikiran negatif. Penyebabnya adalah: semua manusia itu tidak ingin terkena masalah.
Memang Tara tidak memberi jalan keluar bagaimana kalau marah, sedih, merasa bersalah menyatu ke dalam diri satu orang. Misalnya saya.
Ups… Ternyata orang seperti saya tidak bisa stres. Terutama stres yang disebabkan oleh emosi marah.
Simaklah fatwa Tara ini: kalau Anda lagi mau marah tumpahkanlah energi marah Anda ke olahraga, teriak-teriak atau untuk menulis.
Saya sudah melakukan tiga-tiganya setiap hari. Pagi-pagi saya olahraga --sambil teriak-teriak. Sore hari menulis. Amitohu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: