Lahan Pertanian Produktif Semakin Sedikit, Ketua DPRD Jateng Khawatirkan Ketahanan Pangan
NARASUMBER- Ketua DPRD Jateng Sumanto saat menjadi narasumber Program Aspirasi Jateng "Upaya Jawa Tengah Wujudkan Ketahanan Pangan" di Studio TATV Solo, belum lama ini.-Istimewa-radartegal.disway.id
"Membuat lahan pertanian dari hutan menjadi lahan yang bisa ditanami padi prosesnya lama. Contohnya program food estate kan juga tidak mudah, tidak bisa instan," paparnya dalam acara yang dipandu Host Nurkholis dan Okfied Sosendar tersebut.
BACA JUGA: Contohkan Bill Gates, Ketua DPRD Jateng Sumanto Ajak Masyarakat Giatkan Pertanian dan Peternakan
BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Dorong Petani Tingkatkan Penghasilan Lewat Ternak Ayam Jawa
Sumanto menegaskan, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Jawa Tengah ditetapkan sebagai penopang sumber pangan nasional.
Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan menjadi penopang ketahanan pangan.
"Sektor pangan ini bisa menjadi penopang untuk menumbuhkan perekonomian. Kalau sektor ini naik signifikan, akan memberikan dampak ke masyarakat," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Endi Faiz Effendi mengatakan, pangan menjadi isu nasional. Pasalnya bakal terjadi kenaikan populasi global secara eksponensial.
BACA JUGA: Ketua DPRD Jateng Sumanto Minta Petani Tak Jual Tanahnya, Ini Alasannya
BACA JUGA: Ikut Panen Raya Jagung di Karanganyar, Ketua DPRD Jateng Sumanto Minta Lahan Produktif Dipertahankan
Ia mengungkapkan, menurut perkiraan, 25 tahun lagi akan terjadi kenaikan 33 persen populasi global sehingga kebutuhan protein naik 70 persen. Karena itu, perikanan menjadi sektor strategis untuk menopang ketahanan pangan.
"Perikanan punya peran memenuhi kebutuhan protein. Menurut penelitian, 1 gram ikan mengandung 0,22 gram protein, lebih tinggi dibandingkan telur. Sementara ikan mengandung omega 3, senyawa yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak," ujarnya.
Ironisnya, tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah masih rendah, rata-rata hanya 41,14 kilogram per orang per tahun. Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata nasional yang sebesar 54,14 kilogram per orang per tahun.
Tingkat konsumsi ikan di Jawa Tengah tersebut nomor dua terbawah di Indonesia dan hanya kalah dengan DIY.
Endi menjelaskan, banyak hal yang mempengaruhi hal tersebut. Yaitu persepsi negatif di masyarakat yang menyebutkan makan ikan bikin cacingan dan masih mahalnya harga ikan.
"Persepsi negatif ini terjadi karena kemiskinan. Karena harga ikan mahal, digulirkan mitos makan ikan bikin cacingan. Ini terutama terjadi pada daerah pedalaman. Produksi ikan selama ini di laut, karena rantainya panjang, maka harga ikan jadi mahal," paparnya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


