Petani Tembakau Tegal Kesulitan Keringkan Daun Setelah Panen
Para buruh tembakau tengah melakukan proses sortir di Dukuh Pring Desa Guci Kab. Tegal-radar tegal-doc. ARS KUNTOWIBOWO
Namun demikian, ia dan kelompoknya terpaksa segera melakukan panen agar daun tidak menjadi semakin basah, dengan metode panen dari daun paling atas.
“Kami harus segera memanen semua daunnya, mumpung belum terlalu basah. Tapi kami terpaksa memanen daun yang paling atas dulu. Soalnya daun paling atas lah yang paling banyak menampung air hujan,” tutur Umam.
BACA JUGA:Perbaikan Jalan Balamoa–Gembongdadi Kabupaten Tegal Dimulai, Progres Capai 30 Persen
BACA JUGA:Manfaatkan DBHCHT, Dinsos Kabupaten Tegal Bantu Petani dan Buruh Rokok
Sejatinya petani sudah menggunakan varietas tembakau yang cocok ditanam di daerah atas yang sejuk, yakni varietas Kemloko dengan kemampuan produksi 7 hingga 10 ton tiap hektarnya.
Selain itu, varietas Gober dan Kenanga Pakis yang mampu menghasilkan 10 hingga 13 ton per hektare.
Namun, jika kadar air di daun terlampau tinggi, maka proses pengeringannya menjadi lebih susah dan lama.
Untuk mengatasi kondisi tersebut, petani menggunakan greenhouse dengan solar dryer system. Cara ini cukup membantu, kendatipun pengeringan terbaik tetap dengan menjemur langsung di bawah sinar matahari.
BACA JUGA:Bernilai Miliaran, 2 Proyek Besar di Kawasan GOR Trisanja Kabupaten Tegal Tahun Ini Digarap
BACA JUGA:Semarak! Karnaval HUT ke-80 RI Kabupaten Tegal Tampilkan Adat Budaya Nusantara
Lebih lanjut Umam mengungkapkan, hasil panen nantinya dikirim ke pembeli di Temanggung, dengan harga di kisaran Rp5 ribu per kg.
Harga belum dipotong biaya tenaga kerja, yang mencapai Rp1.500 perkilonya.
Biaya tenaga kerja meliputi panen, sortir, perajangan dan pengeringan serta packing.
Untuk menekan ongkos produksi, tenaga kerja juga akan dilakukan sendiri oleh para petani dibantu oleh keluarganya.
BACA JUGA:Dukung Program Sosialisasi Anti Korupsi, Ketua DPRD Kabupaten Tegal Pesan Begini
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



