SLAWI, radartegal.com – Menjadi momen langka belajar sejarah masa lampau,ribuan pelajar dari 31 sekolah dasar di Kabupaten Tegal menyerbu Pameran Temporer Gigantopithecus Expo 2024 bertajuk Wanara Seba.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tegal Suspriyanti menuturkan jika Pameran Temporer Gigantopithecus Expo 2024 ini tidak hanya memperkenalkan fosil mandibula atau rahang bawah Gigantopithecus.
Namun juga temuan fosil fauna laut seperti kerang dan gigi ikan hiu, fosil peralihan atau rawa seperti buaya dan kuda nil, serta fauna darat seperti gajah purba.
“Pameran ini merupakan kesempatan emas bagi masyarakat, terutama anak-anak untuk belajar tentang prasejarah, kehidupan masa lampau melalui fosil,” ujar Suspriyanti, Selasa, 8 Oktober 2024.
BACA JUGA: Pemkab Tegal Dukung Reimajinasi Warisan Budaya Kolaboratif, Sekda: Pameran Ini Bukti Nyata
BACA JUGA: Hadirkan 230 Tenant Pameran, Jateng Fair 2024 Tawarkan Beragam Produk
Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal Amir Makhmud usai membuka Pameran Temporer Gigantopithecus Expo 2024 di Trasa Coworking Space (Tracking Space), Senin, 07 Oktober 2024 menuturkan, pameran temporer kepurbakalaan akan berlangsung hingga 13 Oktober 2024 nanti.
Pameran ini diharapkan mampu menghipnotis pengunjung dengan sejumlah koleksi fosil flora dan fauna milik Museum Semedo yang dipamerkan.
Termasuk replika Gigantopithecus Blacki atau spesies primata terbesar yang diperkirakan hidup sekitar 300.000 hingga dua juta tahun yang lalu di wilayah Semedo.
Penyelenggaraan Gigantopithecus Expo 2024 ini diharapkan mampu membuka wawasan publik akan kehidupan purba atau prasejarah dan interaksinya dengan lingkungan sekitar saat itu.
BACA JUGA: Dorong Siswa Kunjungi Gigantopithecus Expo 2024, Dikbud Kabupaten Tegal: Anak-anak Wajib Tahu
Selain menumbuhkan rasa memiliki atas potensi kepurbakalaan yang ada di Kabupaten Tegal sehingga masyarakat bisa ikut menjaga dan melestarikan keberadaan benda-benda cagar budaya ini.
“Lewat pameran ini saya berharap dapat tercipta upaya yang kolaboratif dalam mendorong daya cipta untuk pembangunan karakter yang berbudaya, sehingga memantik harmonisasi akademis, ekologis, dan berdampak secara ekonomis dalam pembangunan daerah melalui dampak budaya yang berkelanjutan,” kata Amir.