Dalam pengembaraan gerilyanya, cia memutuskan untuk menetap di lereng bagian utara Gunung Slamet. Sebagaimana umumnya hutan belantara, banyak bersemayam makhluk-makhluk halus nan garang. Tentu saja Mbah Rindik musti menundukkan para mbaurekso ini dulu sebelum bisa tenang menempati wilayah yang akan dibuka.
Perjuangan Mbah Rindik mengairi wilayah Tegal
Tirakatnya membuahkan hasil, atas izin Allah memancarlah mata air panas dari balik curug yang menambah debit air Kali Gung. Curug tersebut tentunya tidak lepas dari sejarah Desa Tuwel di Tegal.
Aliran sungai ini terbagi menjadi arus Kali Gung dan arus menuju Banyumudal Suniarsih, dan bertemu kembali di Kalibakung yang di kemudian hari dibuatkan bendungan oleh Ki Gede Sebayu di Desa Danawarih.
Dari aliran Kali Gung ini pulalah Mbah Rindik menggali parit sepanjang persawahan Desa Tuwel dari ujung selatan hingga ujung utara. Hingga hari ini, parit galian itu menjadi sungai kecil yang masih dimanfaatkan warga desa sebagai sarana irigasi.
Mata air panas temuannya pun masih memancar deras tepatnya di balik Curug Sigeong, dekat gerbang tiket Obyek Wisata Guci. Batu Sakti tempatnya bertapa, masih kokoh berdiam dikerubungi rimbunan bambu di tepi kali kecil.
Sedangkan jasad Mbah Rindik bersama sahabatnya, Mbah Sinjem, dimakamkan di Dusun Dukuh Tere Desa Tuwel, dekat pemakaman umum masyarakat.
BACA JUGA: Sejarah Gedung Kantor Pos Kota Tegal, Saksi Bisu Ambisi Deandles Bangun Jalan Anyer-Penarukan
Penutup
Sejarah Desa Tuwel di Tegal sangat terkenal karena perjuangan Mbah Rindik sebagai pahlawan heroik yang mengemban tugas dari Ki Gede Sebayu untuk membuat sarana pengairan warga sampai ke seluruh pelosok Tegal, sehingga jasanya dikenal luas oleh masyarakat.
Dalam berbagai informasi terkait sejarah Desa Tuwel di Tegal disebutkan jika Makam Mbah Rindik saat ini berada di Dusun Dukuh Tere Desa Tuwel. Semoga bermanfaat.