Untuk pengangkutan penumpang dibedakan menjadi tiga kelas yakni kelas 1, kelas 2, dan kelas dua khusus pribumi. Pada tahun 1898, terdapat tiga kali perjalanan trem pergi-pulang yang melintas Stasiun Slawi dalam lintas Tegal-Balapulang.
Letak Stasiun Slawi sangat strategis, terlebih dari segi ekonomi. Stasiun ini berada tidak jauh dari pasar (kini dikenal Pasar Lawas) dan juga perkampungan Cina yang memanjang di sepanjang jalan.
BACA JUGA: Berdiri Sejak Tahun 1929, Bangunan Hotel Strook Tegal Menyimpan Sejarah Kelam
BACA JUGA: Sejarah Taman Ratu Belanda di Tegal yang Menjadi Asal Usul Berdirinya Taman Pancasila
Pada saat itu orang Cina sebagian besar berprofesi sebagai pedagang. Tidak jauh dari stasiun terdapat pandhuis atau rumah gadai (kini disebut pegadaian).
Fungsi stasiun sekarang
Stasiun Slawi (SLW) merupakan stasiun kereta api yang terletak di Jl. Kemiri No. 74, Pakembaran, Slawi, Tegal. Stasiun yang terletak pada ketinggian +38 m ini merupakan stasiun paling utara yang masih aktif di Daerah Operasi V Purwokerto. Stasiun ini terakhir direnovasi pada tanggal 17 Maret 1999.
Stasiun ini memiliki 3 jalur aktif dan 1 sepur buntu. Sejak tanggal 22 Januari 2005, persinyalan di stasiun ini telah diganti dari manual menjadi elektrik.
BACA JUGA: Bukan di Jakarta, Ini Sejarah Desa Grogol di Tegal yang Sudah Ada Sejak Zaman Sunan Amangkurat I
Pergantian persinyalan itu diresmikan oleh Menhub RI Hatta Rajasa. Stasiun Slawi merupakan stasiun pertama di Indonesia yang menggunakan sinyal elektrik buatan dalam negeri. Sistem Interlocking, sinyal tersebut, dirancang oleh Lembaga Elektronika Nasional.
Demikian informasi mengenai sejarah stasiun kereta api di Slawi. Semoga bermanfaat.