Radartegal.id - Bripda Iqbal Mustofa, nama yang kini menjadi perbincangan hangat di jagat media sosial. Anggota Detasemen Khusus Antiteror (Densus) 88 ini diringkus atas dugaan aksi penguntitan terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung Febrie Adriansyah.
Penangkapan Bripda Iqbal Mustofa ini sontak menggemparkan publik. Bagaimana tidak, seorang anggota Densus 88 yang terlatih dan ditugaskan untuk memerangi terorisme, justru malah terlibat dalam aksi penguntitan terhadap pejabat tinggi Kejaksaan Agung.
Terungkapnya identitas Bripda Iqbal Mustofa menarik rasa penasaran publik. Berasal dari keluarga sederhana di Kalinyamat Wetan, Tegal Selatan, Kota Tegal, Iqbal Mustofa memiliki kisah hidup yang inspiratif.
BACA JUGA: Bripda Randy Bagus, Polisi yang Paksa Pacarnya Dua Kali Aborsi Dipecat Tapi Masih Ditahan, Kenapa?
BACA JUGA: Viral! Foto Bripda Randy Disandingkan dengan Dosen yang Diduga Gencot Tiga Mahasiswi Unsri
Ayahnya, Sunarto, bekerja sebagai marbot masjid, sedangkan sang ibu, Warikha, berjualan es cendol untuk menghidupi keluarga.
Sejak kecil, Iqbal Mustofa menunjukkan tekad yang kuat untuk mengubah nasib keluarganya. Ia dikenal rajin membantu sang ibu berjualan es cendol dan ayahnya membersihkan karpet masjid.
Tekadnya yang pantang menyerah mengantarkan Iqbal Mustofa untuk meraih mimpinya menjadi anggota polisi.
Pada tahun 2018, Iqbal Mustofa berhasil lolos seleksi dan menjadi salah satu dari enam orang asal Tegal yang mengikuti pendidikan polisi. Berkat kerja keras dan dedikasinya, Iqbal Mustofa akhirnya bergabung dengan Densus 88, pasukan elite Polri yang bertugas memberantas terorisme.
Terbongkarnya Aksi Penguntitan dan Motif di Baliknya
Karir Bripda Iqbal Mustofa di Densus 88 harus tercoreng akibat aksi penguntitan yang dilakukannya terhadap Jampidsus Kejagung Febrie Adriansyah. Peristiwa ini terjadi pada 19 Mei 2024, saat Febrie Adriansyah sedang makan malam di sebuah restoran di Cipete, Jakarta Selatan.
Dua orang anggota Densus 88, termasuk Bripda Iqbal Mustofa, diketahui mengikuti dan mengawasi Febrie Adriansyah. Salah satu dari mereka berhasil melarikan diri, sedangkan Iqbal Mustofa diringkus oleh ajudan Febrie Adriansyah.
BACA JUGA: Sejak 2019, Bripda Randy Bagus Eksploitasi Seksual Novia sampai Pendarahan dan Kurang Trombosit
Motif di balik aksi penguntitan ini masih diselidiki oleh pihak berwenang. Namun, dari informasi yang beredar, Iqbal Mustofa diduga memiliki dendam pribadi terhadap Febrie Adriansyah terkait dengan kasus korupsi Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah senilai Rp271 triliun yang sedang ditangani oleh Jampidsus Kejagung.
Penutup
Kasus Bripda Iqbal Mustofa menjadi tamparan keras bagi institusi Polri. Kejadian ini menunjukkan bahwa masih ada oknum-oknum di dalam tubuh Polri yang tidak profesional dan menyalahgunakan kewenangannya.
Penting bagi Polri untuk melakukan evaluasi internal dan memperketat proses seleksi dan pembinaan anggotanya agar kejadian serupa tidak terulang kembali.
Kisah Bripda Iqbal Mustofa juga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Kita harus selalu menjaga integritas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, regardless of our position or background.