BACA JUGA: Minuman Khas Tegal Bahari, Minuman Tradisional Pelepas Dahaga dan Segarkan Suasana
BACA JUGA: 5 Kuliner Tradisional dan Modern di Tegal, Dari yang Pedas Hingga Manis
3. Gobak sodor
Permainan tradisional selanjutnya menggunakan media tanah lapang yang diberi garis batas persegi sekitar 6 x 3 meter yang nantinya dibagi menjadi sekitar 8 kotak. Pemberian garisnya pun unik, bisa menggunakan kapur, hanya digaris begitu saja dengan kayu, atau dengan pecahan genting.
Ada dua tim, setiap tim minimal memiliki 4 anggota. Satu tim menjaga garis dan tim lainnya berusaha melewati garis tersebut tanpa teresentuh oleh tim lawan. Tim yang dinyatakan menang adalah tim yang berhasil kembali ke titik start tanpa tersentuh oleh lawan.
4. Bentengan
Permainan ini terdiri dari dua kelompok dan tidak ada tambahan alat apa pun selain batu bata yang ada di sekitar kita. Permainannya sederhana, yaitu setiap anggota kelompok harus menyentuh atau menginjak batu bata yang dijaga olek kelompok lawan.
Bentengan memiliki prinsip, siapa yang menginjak batu bata paling akhir maka bisa mengejar lawan. Nah, lawan yang kena saat dikejar ini akan jadi tawanan dan harus menunggu teman satu kelompoknya untuk membebaskan.
BACA JUGA: Kulineran Sore di Jl. Raya Penarukan Tegal, Nikmati Aneka Jajanan Tradisional Murah Meriah
BACA JUGA: Jejak Sejarah Tahu Aci sebagai Makanan Khas Tegal, Konon Sudah Ada Sejak Zaman Penjajahan
5. Gim-Giman
Gim-Giman masih digemari oleh anak-anak, khususnya mereka yang ada di desa. Permainan ini juga sangat sederhana dan tidak memerlukan banyak alat tambahan.
Hanya perlu bola tenis lapangan dan tumpukan genting pecah. Permainan ini juga merupakan permainan yang dimainkan secara berkelompok, dan terdiri dari dua kelompok. Kelompok yang bermain, mereka harus menghindar dari lemparan bola lawan dan harus menata kembali tumpukkan genting.
6. Bledugan
Bledukan merupakan salah satu permainan tradisional yang terdapat di Tegal. Pada masa lalu, bledukan terbuat dari bambu dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah. Meriam bambu atau kalau orang Jawa bilang bledugan, waktu zaman dulu suka dijumpai atau ditemui di desa–desa.