RADAR TEGAL - Indonesia kaya akan budaya dan tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. Salah satunya daerah Brebes memiliki tradisi unik yang ada di kampung Jalawastu, tepatnya di Desa Ciseureuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes.
Kampung tersebut memiliki tradisi yang masih kokoh dipertahankan sampai sekarang. Tradisi dan budaya-nya pun berbeda jauh daripada daerah sekitarnya, hal itu akan dibahas pada artikel tentang tradisi unik yang ada di Kampung Jalawsatu.
Salah satu yang mendasari adanya tradisi unik yang ada di Kampung Jalawastu adalah masuknya budaya islam. Kampung Jalawastu sering disebut baduy-nya Jawa Tengah hal ini karena dekat dengan perbatasan Provinsi Jawa Barat.
Kampung ini berada di Lereng bukit kaki Gunung Kumbang dan Gunung Sagara, wilayah Brebes Tengah. Merangkum dari beberapa sumber, berikut akan diulas tradisi unik yang ada di Kampung Jalawastu.
BACA JUGA:Tradisi Perang Centong Mewarnai Sejarah Penyebaran Islam di Kampung Jalawastu
1. Masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda
Bahasa yang digunakan masyarakat Kampung Jalawastu adalah bahasa sunda, penggunaanya bahasa tersebut memiliki kata-kata dan logat mirip masyarakat baaduy di Banten. Meskipun demikian, sekarang masyarakatnya sudah menggunakan bahasa yang ada kata serapan dari bahasa Jawa Brebesan.
Ini menjaadi hal yang unik, karena pada umumya masyarakat khususnya Jawa Tengah menggunakan dialek Jawa dan berasal dari etnis Jawa.
2. Masyarakatnya memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan
Pengaruh keyakinan ajaran sunda wiwitan masih kuat di Kampung Jalawastu, walaupun sudah ada campuran dari budaya Islam. Hal ini menjadi bukti kearifan lokal, tradisi, dan budaya tetap dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakatnya.
3. Adanya Upacara Adat Ngasa
Masyarakat Desa Jalawastu selalu mengadakan upacara adat ngasa setiap tahunnya dihari selasa kliwon pada mangsa kasanga. Tradisi unik yang ada di Kampung Jalawastu ini dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada batara windu buana yang dianggap sebagai pencipta alam oleh masyarakat desa Jalawastu.
Konon katanya, Batara Windu Buana memiliki rewang yang bernama Burian Panutus. Rewangnya tidak pernah makan-makanan lauk yang bernyawa dan nasi.
Sehingga ketika upadara adat ngasa makanan yang disajikan berupa nasi jagung dan umbi-umbian serta rebusan dedaunan. Upacara adat ngasa sudah dilakuakn sejak masa pemerintahan bupati Brebes IX Raden Arya Candra Negara.
BACA JUGA: Asal Mula Munculnya Tradisi Sungkeman Saat Hari Raya Idul Fitri, Berikut dengan Maknanya