RADAR TEGAL - Jerawat atau Acne vulgaris adalah salah satu masalah kulit yang paling umum terjadi di dunia. Menurut data dari American Academy of Dermatology, sekitar 85% orang dewasa pernah mengalami masalah ini di suatu titik dalam hidup mereka.
Jerawat biasanya disebabkan oleh kombinasi produksi minyak berlebih. Sehingga sel kulit mati akan tersumbat oleh bakteri.
Jerawat biasanya dapat diobati dengan perawatan yang tepat, seperti obat acne topikal atau oral. Namun, bagi sebagian orang, masalah acne vulgaris ini mungkin tidak kunjung sembuh.
Jika Anda mengalami jerawat yang tidak kunjung sembuh, ada kemungkinan Anda menderita skin picking disorder (SPD). Mari kita bahas lebih lanjut dan detail.
BACA JUGA:Facial Wash Ini Sangat Efektif Hilangkan Jerawat Batu, Cuma Seminggu Kulit Wajah Mulus Lagi
BACA JUGA:Gunakan Air Mawar dan 1 Bahan Ini, Wajah Bebas Jerawat dan Glowing Cepat Tanpa Perlu Skincare Mahal
Apa itu skin picking disorder?
Skin picking disorder (SPD) adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan perilaku berulang untuk memetik, mencabut, atau menggores kulit. Perilaku ini sering kali dilakukan untuk menghilangkan jerawat, komedo, atau kotoran dari kulit.
Namun, perilaku ini dapat menyebabkan kerusakan kulit yang signifikan, termasuk bekas luka, jaringan parut, dan infeksi.
SPD diklasifikasikan sebagai gangguan obsesif-kompulsif (OCD) oleh American Psychiatric Association. Hal ini karena perilaku memetik kulit sering kali didorong oleh pikiran atau impuls yang mengganggu dan berulang.
Gejala skin picking disorder
Gejala SPD dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi beberapa gejala yang umum meliputi:
- Memetik, mencabut, atau menggores kulit secara berulang
- Merasa tertekan atau cemas saat tidak memetik kulit
- Merasa sulit untuk berhenti memetik kulit
- Merasa malu atau malu karena perilaku memetik kulit
- Penyebab skin picking disorder
BACA JUGA:7 Rekomendasi Obat Jerawat yang Ramah di Kantong, Harganya Gak Sampai Rp50 Ribu
BACA JUGA:10 Rekomendasi Obat Penghilang Jerawat yang Ampuh Basmi Jerawat sampai ke Akar-akarnya.
Faktor penyebab resiko SPD