Negara yang kita cintai ini memiliki 16.771 pulau dengan total 38 provinsi yang merupakan salah satu negara dengan kepulauan terbesar di dunia. Kaya akan sumber daya alam, budaya dan adat istiadat namun Indonesia juga memiliki banyak kendala karena banyaknya pulau yang dimiliki sehingga belum meratanya infrastruktur dan Sumber Daya Manusia di seluruh Indonesia, hal inilah yang menjadi pangkal masalah pendidikan di Indonesia. Kualitas pendidikan yang tidak merata antara satu daerah dengan daerah lain menyebabkan terjadinya kesenjangan.
Pemerintah Indonesia memang telah menyadari pendidikan di Indonesia memang tidak merata, dan solusi untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan sistem zonasi pendidikan yang dimulai dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK. Terlihat sekilas bahwa sistem zonasi ini lebih banyak berdampak pada siswa. Sebab aturan ini membuat murid bisa mengenyam pendidikan di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Namun sebenarnya, sistem ini diharapkan menjadi solusi dari masalah pendidikan di Indonesia terutama pemerataan distribusi guru.
Selain disribusi Guru, masalah pendidikan di Indonesia lainnya terdapat pada kurikulum pendidikan dalam hal penyusunan kurikulum. Sehingga implementasi kurikulum yang telah dicanangkan sering mengalami kegagalan karena kurangnya pengaturan proses dan target belajar para murid serta penyusunan kurikulum kerap dilakukan tergesa-gesa dan mendadak tanpa diimbangi dengan pelatihan kepada guru. Padahal posisi guru sebagai eksekutor dari kurikulum sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan kurikulum tersebut sehingga implementasinya tidak maksimal karena minimnya pelatihan yang diterima guru.
Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari aspek politik, sosial, agama dan budaya. Seperti kita ketahui sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki beragam budaya yang berbeda satu sama lain. Masalah pendidikan di Indonesia juga salah satunya bersumber dari budaya. Hanya saja, pengaruhnya disebabkan dari dua hal. Pertama, globalisasi atau pengaruh dari luar. Kurikulum pengajaran dan pembelajaran telah meluas melampaui ruang kelas dan akan terus berlanjut, dan seiring dengan perubahan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masa depan, peran guru juga harus beradaptasi dan berkembang. Merupakan tanggung jawab setiap guru untuk memberdayakan siswa dalam mengambil risiko, menjadi inovatif, dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Seiring dengan perubahan dunia yang kita jalani untuk masa depan teknologi dan globalisasi, cara dan apa yang kita ajarkan dalam sistem pendidikan kita juga akan dibentuk ulang untuk mengikuti perkembangan tuntutan sekarang ini. Ada beberapa hal yang penting dalam hal ini, yaitu :
1. Keterhubungan, kolaborasi dan kreasi secara bersama
Konsep seorang guru yang berdiri di depan ruangan yang penuh dengan siswa yang mendengarkan dan merespons arahan sudah ketinggalan zaman.
Meskipun bukan merupakan pendekatan yang sepenuhnya yang baru, ruang belajar siswa akan menggantikan ruang kelas pada umumnya yang kita kenal sekarang. Hal ini akan membuat siswa menjadi mitra atau rekan pencipta pembelajarannya.
2. Belajar dimana saja, kapan saja
Seiring dengan gelombang era digital, kita semakin mudah terhubung dengan jangkauan global. Dunia informasi ada di ujung jari dengan mengklik tombol atau perintah suara sederhana, dan seiring dengan kemajuan teknologi, siswa perlu mengembangkan pembelajarannya dengan teknologi tidak lagi menjadi faktor motivasi dalam belajar, teknologi sudah menjadi suatu keharusan. Hal ini perlu diterapkan di masa depan pendidikan untuk memastikan siswa dibekali dengan keterampilan untuk menghadapi dunia yang bergantung pada teknologi. Meskipun beberapa orang berpendapat bahwa teknologi di ruang kelas akan menciptakan siswa yang malas dan tidak terhubung, banyak ahli mengatakan itu hanyalah mitos karena teknologi telah menciptakan batasan yang tak ada habisnya mengenai tempat pembelajaran dapat dilakukan, dengan siapa, dan mengapa. Kenyataannya adalah, ruang kelas bisa berada di mana saja dan kapan saja. Siswa dapat mengerjakan proyek dalam konteks virtual dengan siswa lain bahkan para pakar dari seluruh dunia kapan saja. Pendidikan di masa depan perlu menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan demi keuntungan siswa, serta mengajarkan generasi mendatang bagaimana menangani masalah yang timbul akibat teknologi.
3. Penyesuaian untuk pendekatan yang mengutamakan pembelajar
Satu model pengajaran dan pembelajaran yang cocok untuk semua sudah ketinggalan zaman dan tidak memiliki tempat dalam agenda pendidikan di masa depan. Guru akan menjadi fasilitator pembelajaran dan siswa akan lebih mempunyai kendali terhadap perjalanan pengalaman belajarnya.
Perencanaan pembelajaran individual untuk siswa, akan memungkinkan setiap siswa belajar dengan kecepatan yang paling sesuai dengan kemampuannya dan terlibat dengan konten yang paling bermanfaat baginya.
Kombinasi pengumpulan bukti dan umpan balik dari orang tua, siswa, guru bahkan profesi lainnya akan memungkinkan rencana ini berhasil diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan.
Untuk memaksimalkan potensi kemajuan individu, beberapa elemen pembelajaran yang dipimpin guru akan tetap ada, yang akan menambah praktik pembelajaran tradisional bila dikombinasikan dengan media digital online.