5 Mitos Anjing dalam Masyarakat Jawa Kuno, Sebab Munculnya Legenda Candi Asu Sengi

Senin 28-08-2023,23:00 WIB
Reporter : Ailsa Zevaulima Dilivia
Editor : Ailsa Zevaulima Dilivia

Dalam semesta Jawa Kuno, anjing juga menjadi tunggangan Bhairawa, salah satu aspek tertinggi Siwa yang dipuja oleh penganut tantra, misalnya Raja Kertanegara dari Singhasari, yang merintis penyatuan Nusantara.

Serat Calon Arang (1540 M) juga bercerita bahwa jenazah di kuburan, yang tidak sempat diurai dengan api, dimakan oleh anjing liar.

Bisa jadi Serat Calon Arang, yang merupakan personifikasi ajaran tantra, hendak menyampaikan bahwa anjing liar, mewakili alam, mengambil peran Dewa Siwa sebagai pelebur, untuk mengurai jenazah yang tak terurus.

3. Hewan peliharaan

Tidak hanya menjadi alat dewata, anjing juga menjadi hewan peliharaan masyarakat Jawa Kuno. Ini bisa dilihat pada relief-relief satwa seperti di Candi Penataran.

4. Sumber makanan yang hina

Agaknya anjing dipelihara bukan hanya sebagai pengiring dan penjaga, melainkan juga sebagai salah satu sumber protein hewani. 

Mpu Prapanca dalam Kakawin Negarakertagama, mencatat adanya hidangan dari daging anjing, tapi yang mengonsumsinya hanya rakyat yang tidak berpantang.

Karena mayoritas orang Majapahit percaya bahwa makan daging anjing dapat menyebabkan hinaan musuh dan mati tercela. 

BACA JUGA:Candi di Magelang Ini Diberi Nama Candi Asu Sengi, Padahal yang Ditemukan Arca Lembu Nandhi

5. Tukang selingkuh di Candi Asu Sengi

Pandangan tentang anjing pun menjadi semakin kompleks, karena dalam konteks berbeda, masyarakat Jawa Kuno memandangnya negatif.

Dalam bahasa Jawa Kuno, nama asu yang berarti 'anjing' berasal dari kata aso dan aswa, serta kata turunannya, yakni angasu, berarti 'keji dan rendah seperti anjing'. Hal ini dapat ditemukan dalam Kidung Harsawijaya.

Namun, kemungkinan, anjing yang dipandang rendah adalah anjing liar, bukan anjing peliharaan, sebagaimana diceritakan dalam Serat Calon Arang bahwa anjing-anjing liar memakan mayat.

Hal ini jugalah yang diduga mendasari munculnya stigma negatif legenda Dewindani yang tukang selingkuh disamakan perbuatannya seperti anjing dan dikutuk menjadi hewan hina tersebut. 

Demikian, informasi mengenai anjing dalam masyarakat Jawa Kuno yang salah satu pandangannya menyebabkan munculnya legenda Dewindani di Candi  Asu  Sengi. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang mitos dan kisah mistis di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. ***

Kategori :