3. Tempat praktik ritual tantra
Di Candi Sukuh, tersebar begitu banyak aspek tantra. Misalnya, relief lingga-yoni yang naturalis, yang dalam aliran tantra disebut bersatunya kundalini dan sahasra, diyakini sebagai sarana mencapai kesempurnaan.
Selain itu, ada satu relief lain yang juga sangat terkenal di candi ini, yakni relief Ganacakra. Ada pande besi yang sedang bekerja dan Ganesya sedang menari sambil memegang seekor anjing.
Relief Ganacakra ini memunculkan berbagai tafsiran. Pertama, ada yang menyebutnya rekaman teknik penempaan keris di Jawa Kuno.
Kedua, ada yang menganggapnya sengkalan tahun, yakni gajah wiku anahut buntut, yang berarti 1378 Saka atau 1456 M.
Menurut pakar sastra Jawa, Theodoor Pigeaud dan Poerbatjaraka, Ganacakra adalah ritual tantra yang digelar oleh Ganesya.
Sementara itu, tantra sendiri adalah suatu metode yang melibatkan yoga, tantra, dan sastra atau mantra, untuk mempercepat penyatuan dengan dewa demi mencapai kesempurnaan. Menurut arkeolog Lydia Kieven, relief ini diduga sebagai gambaran dari ritus tantra.
Ganesya menari dalam kondisi trans, mengikuti irama yang tercipta dari dentam palu dan embusan ububan. Jadi, relief ini adalah tentang tarian dan nada, dua aspek penting dalam ritus tantra.
Arca dan reliefnya cenderung memamerkan phallus. Kemungkinan untuk memudahkan praktisi tantra membayangkan dan menerapkannya ke dalam ritus.
Demikian, informasi mengenai relief phallus di Candi Sukuh yang seringkali dianggap vulgar, meski sebenarnya tidak. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin tahu tentang mitos dan kisah mistis di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa.***