RADAR TEGAL - Masyarakat Jawa Kuno membangun sebuah candi dengan beberapa pertimbangan filosofis dan geografis. Salah satunya Candi Sukuh yang bentuknya mirip piramida.
Candi Sukuh seringkali digadang-gadang mirip atau terinspirasi oleh peradaban suku Maya, yakni Chichen Itza di Meksiko. Namun, sejatinya ada berbagai alasan pemilihan bentuk piramida bagi candi ini.
BACA JUGA:3 Mitos Candi Sukuh, Konon sebagai Ruwatan Majapahit Pasca Perang Paregreg
Secara filosofis, Candi Sukuh berada di lereng bukit Gunung Lawu, yang konon bagian dari guguran Gunung suci Mahameru. Sementara secara geografis, bentuk bangunan suci itu dibuat menyesuaikan lokasinya agar tetap aman.
Pada kesempatan kali ini, radartegal.disway.id akan mengajak Anda untuk mengenal salah satu candi yang terkenal di Indonesia, tepatnya di tanah Jawa. Melansir dari kanal youtube ASISI Channel berikut informasi mengenai 5 fakta menarik Candi Sukuh sebagai piramida asli Jawa Kuno.
BACA JUGA:Benarkah Mitos Candi Sukuh Peradaban Dunia di Nusantara? Ternyata Ini 2 Jawabannya
5 Fakta menarik Candi Sukuh
1. Pembagian teras di candi
Di candi ini, ada tiga mandala yang linier atau segaris lurus, dengan bagian tersuci di belakang, sesuai ciri khas Majapahit. Berbeda dengan candi-candi Medang yang umumnya konsentris, dengan bagian tersuci di pusat lingkaran.
Di teras pertama, ada deretan artefak berupa arca satwa di sekelilingnya, salah satunya ada persilangan babi hutan dan kerbau atau babi yang bertanduk.
Gapura di teras kedua mirip dengan yang pertama, meski lebih mungil dan tidak utuh. Ada konstruksi talud dari batuan bolder di batas tiap elevasi, seperti Candi Kethek dengan pengaruh austronesia-nya yang kental.
2. Waktu pembangunan candi
Pada panel relief kisah Sudamala, Bima membunuh dua raksasa, Kalantaka dan Kalanjaya. Di panel tersebut, tertera inskripsi tentang pembuatan bukur atau bangunan kecil di petirtaan pada tahun 1361 Saka (1439 M).
Dari sinilah arkeolog van Stein Callenfels (1883 - 1938) menduga, pernah ada petirtaan di halaman utama candi. Sayangnya sudah raib, tapi tahunnya jelas dari zaman Majapahit, sama seperti semua prasasti yang ada di kompleks candi ini.
Bentuk hurufnya pun aksara kwadrat yang baru berkembang di periode Jawa Timur. Jadi, candi ini mustahil lebih tua dari abad 10 M.