Dalam sinar matahari senja, dia menunaikan shalat, dengan hati-hati para penonton menyaksikan.
Angin berdesir, dan detak jantung berpacu saat Ki Jadug mengayunkan pethelnya. Gerakan silat yang cekatan menjadi jurus yang membelah ruang.
Di tengah ayunan kelima, tiba-tiba angin menjadi ribut dan tanah berguncang. Orang-orang terpukau, berlarian menjauh saat pohon jati raksasa perlahan roboh tanpa menyentuh siapapun. Dalam suara gemuruh, bumi menyaksikan kejadian ajaib ini.
Anugerah terdengar dalam sorakan yang meriah, sambutlah Pohon Jati Ajaib yang merayakan kejatuhan dengan tanpa celah.
Setelah kegembiraan mereda, Ki Gede Sebayu memberikan kata-kata bijaknya kepada semua yang hadir. Pohon ini, pohon yang roboh dengan dahsyat, akan menjadi fondasi bagi Masjid di Kalisoka. Sebuah tindakan yang penuh makna dan simbolisme.
Dengan langkah riang, para hadirin perlahan membubarkan diri, membawa cerita dalam hati mereka. Namun, takkan terlupakan bahwa di balik semesta yang menawan ini, tersembunyi kisah yang begitu indah dan memukau.
Saat sang sentri, Ki Jadug, mengungkapkan identitasnya, mereka menyadari bahwa ini adalah bukti bahwa keajaiban ada di mana-mana.
Seorang bangsawan Mataram yang menyamar untuk mencari ilmu dan berdakwah, ia tak hanya menaklukkan pohon jati, tetapi juga hati sang putri.