Akhirnya tidak sampai satu bulan habislah emas yang diberi ayahnya di tempat perjudian.
Habis modal untuk berjudi, lalu Ida Sang Bang Manik Angkeran ingat bagaimana cerita ayahnya mendapatkan emas.
Kemudian dia segera pulang, tetapi secara sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui ayahnya. Lalu dia bertolak menuju Tohlangkir sembari membawa susu lembu, serta genta milik ayahandanya, Ki Brahmara.
BACA JUGA:Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 1: Mpu Bekung, Anak Mpu Tantular Jelmaan Dewa Brahma
Sesampainya di Tohlangkir, di depan gua, Ida Sang Bang Manik Angkeran duduk mengheningkan cipta, memuja Dewa, seraya membunyikan genta.
Rupanya pemujaannya yang khusuk, serta diiringi dengan bunyi genta sakti itu, membuat Bhatara Nagaraja Basukih keluar dari gua dan berkata, “Ah siapa anda ini datang, segera katakan!”
Melihat Nagaraja Besukih, segera Ida sang Bang Manik Angkeran menyembah. Kemudian dia berkata,“Singgih paduka Sanghyang, hamba bernama Sang Bang Manik Angkeran. Hamba mengikuti jalan Ayahanda hamba, menghaturkan sarinya susu lembu ke hadapan paduka Sanghyang."
Mendengar perkataan Ida Sang Bang Manik Angkeran, Nagaraja Basukih sangat senang. Lalu diminumlah susu itu, setelah berganti rupa menjadi ular naga besar berwibawa.
Setelah meminum susu itu, Nagaraja Besukih berkata kepada Ida Bang Manik Angkeran, “Sang Bang, sekarang apa yang kamu inginkan, apapun yang ananda minta akan kuberikan.”
BACA JUGA:Mitos Jawa-Bali Tak Boleh Terhubung Jembatan Terjawab, Padahal Jawa dan Madura Bisa
“Singgih paduka Bhatara, hamba bermaksud untuk memohon modal, nista sekali hamba berjudi, selalu kalah setiap hari,“ jawab Ida Bang Manik Angkeran.
Nah, apakah Ida Sang Bang Manik Angkeran akan mendapat emas dari Nagaraja Besukih seperti ayahnya? Simak cerita sejarah terputusnya Jawa dan Bali bagian selanjutnya. *