Sesampainya di Pemalang, Syekh Maulana Maghribi menyuruh pengawalnya untuk pulang ke Turki.
Sementara Syekh Maulana Maghribi melanjutkan perjalanannya bersama Haji Datuk dengan berjalan kaki.
Ketika melewati daerah Banjar, tiba-tiba Syekh Maulana Maghribi menderita sakit gatal di sekujur tubuhnya dan katanya sulit untuk disembuhkan.
BACA JUGA:Dulu Bernama Celebes, Begini Asal Usul Nama Pulau Sulawesi yang Jarang Diketahui
Pada suatu malam, setelah menjalankan salat tahajud Syekh Maulana Maghribi mendapatkan petunjuk jika beliau harus pergi ke Gunung Gora.
Setibanya di lereng Gunung Gora, Syekh Maulana Maghribi meminta Haji Datuk untuk meninggalkannya sendiri dan menunggu di suatu tempat.
Haji Datuk menunggu di tempat yang mengeluarkan kepulan asap dan ternyata ada sumber air panas yang mempunyai tujuh buah pancuran.
Syekh Maulana Maghribi memutuskan tinggal di sana untuk berobat dengan mandi secara teratur di sumber air panas yang memiliki tujuh buah mata air tersebut.
Penyakit yang diderita Syekh Maulana Maghribi bisa sembuh berkat kemanjuan air panas tersebut.
Setelah penyakit Syekh Maulana Maghribi sembuh total, tempat tersebut diberi nama menjadi Pancuran Tujuh.
Penduduk desa tersebut menyebut Syekh Maulana Maghribi dengan nama Mbah Atas Angin karena datang dari negeri yang jauh.
Kemudian, desa tersebut dikenal dengan sebutan Baturadi yang lama-kelamaan diucapkan menjadi Baturaden.
Syekh Maulana Maghribi pun mengganti nama lereng Gunung Gora menjadi Gunung Slamet, karena di sana Syekh Maulana Maghribi mendapatkan keselamatan dan kesembuhan penyakit gatal.
Demikian, informasi mengenai asal-usul nama Gunung Slamet yang wajib Anda ketahui. Semoga bermanfaat.***