TEGAL, radartegal.disway.id - Sebagai kota di pesisir Pantura Jawa, Kota Tegal di Jawa Tengah mempunyai berbagai macam kuliner khas. Salah satunya adalah kue tempel khas Tegal.
Meski sudah mulai jarang ditemui, kue tempel khas Tegal ini tetap mendapatkan tempat di hati sebagian warga Kota Tegal. Meskipun tidak seterkenal nasi lengko, sate kambing, tahu aci, rujak teplak, dan makanan tradisional lainnya.
Kue tempel khas Tegal merupakan jajanan tradisional yang sudah ada sejak tahun 1940-an silam. Kue ini terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan parutan kelapa, pisang raja yang sudah masak dan gula merah.
Semua bahan-bahan itu kemudian dicampur dan dipanasi di atas wajan mirip pembuatan kerak telor, makanan khas Betawi. Kue tempel khas Tegal ini cukup terkenal di kalangan orang-orang Tionghoa, sehingga pembuat dan penjualnya pun kebanyakan merupakan keturunannya secara turun temurun.
Cara pembuatannya pun cukup sederhana tapi njlimet, dan tidak sembarang orang yang bisa melakukannya. Awalnya adonan tepung beras, parutan kelapa, garam, dan air secukupnya diaduk.
Kemudian adonan tadi diletakan di atas wajan yang sudah panas, lalu diratakan menggunakan daun pisang. Sebelum benar-benar mengering, di atas adonan diberi tambahan pisang raja yang sudah masak dan gula merah sebagai isinya.
Setelah itu campuran tadi dihaluskan menggunakan tempurung kelapa, supaya pisang dan gula merahnya tercampur utuh. Berikutnya adonan yang sudah terisi pisang dan gula merah tadi dilipat, dan jika sudah matang baru diangkat dari wajan.
Penjual kue tempel khas Tegal hanya tinggal dua
Sejumlah pembeli yang rata-rata sudah berumur, biasanya memadati lapak milik Mamah Cun (77) di Jalan HOS Cokroaminoto Kota Tegal (seberang City Walk). Biasanya Mamah Cun mulai menjajakan kue legendaris itu pukul 08.00 sampai 17.00 WIB.
Satu biji kue harganya Rp7.000. Mamah Cun sendiri merupakan merupakan generasi keempat dari nenek moyangnya. Sebelum Mamah Cun, sebelumnya kue tempel tersebut juga dijajakan saudara-saudaranya, karena merupakan usaha turun-temurun dari nenek dan buyutnya.
Mamah Cun mengungkapkan kuliner asli khas Tegal itu merupakan usaha turun-temurun keluarganya sejak 1940-an. Saat ini, dia meneruskan usaha keluarganya itu dengan dibantu keponakannya.
Sedangkan penjual kue tempel khas Tegal kedua adalah lapak milik Meiwa (54), warga RT 03 RW 06 Paweden Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal Timur Kota Tegal. Tepatnya di Jalan Veteran Kota Tegal.
Ternyata antara Mamah Cun dengan Meiwa masih memiliki hubungan kekerabatan. Meski sama-sama menjual kue legendaris tersebut, teapi ada perbedaan yang memasak atau memanaskan adonannya.
Di lapak milik Miewa untuk memanaskan adonan tepungnya menggunakan anglo dengan sumber panas dari arang. Sedangkan Mamah Cun dan keponalkannya menggunakan wajan dan memanaskannya dengan kompor minyak tanah.
Menurut Meiwa, menggunakan kompor memang lebih praktis, karena api bisa diatur besar kecilnya. Tetapi dia memilih menggunakan arang yang lebih repot, untuk menghindari bau minyak dan hasil kue yang lebih sedap.